Seantero komplek aku jelajahi. Pagar batu mengelilingimu dengan ukuran tertentu. Rerumputan terhampar tanpa peduli kalau diinjaki ribuan kaki. Beberapa tong sampah diletakkan dibeberapa sudut agar pengunjung jangan buang hasil kudapan sembarangan.
Menyusuri areamu, aku jadi tahu kalau sebuah jalan desa berhasil memotong lajur kekuasaanmu. Sehingga masyarakat beranggapan potongan selatan disebut Plaosan Kidul. Padahal yang benar, Â Plaosan Lor dan Plaosan Kidul satu kesatuan dikenal sebagai kompleks candi Plaosan.Â
Kompleks Candi Plaosan Lor(utara) terdiri dari 2 bangunan Induk dikelilingi oleh 6 candi Patok, 58 Candi Perwara, 116 Stupa, ditambahi 1 bangunan Mandapa.
Punggung kusandarkan pada tubuhmu. Diketinggian tertentu aku mengamati sekeliling. Ladang persawahan diliuki jalan pedesaan. Gunung Merapi tampak berurat dikejauhan. Pesawat terbang melintas diatasmu, Bunyi sendau gurau pekerja rekonstruksi menaiki udara siang.Â
Tanganku mengusap pelan beberapa relief, tidak terlalu kasar, penuh pori-pori. Seekor capung(Anisoptera) tanpa suara hinggap dipinggiran batu. Ingin aku tangkap tapi sudah terbang menjauh. Sedikit semilir mengirimkan daya magis menghapus kelelahanku. Sihirnya membuatku terkantuk-kantuk terseret masuk di abad itu. Setengah diriku terlelap melayang....
Harum tumpukan daun pandan dengan jalinan akar wangi  bercampur semerbak bunga melati memenuhi ruangan pengantin. Beberapa rangkaian dedaunan diantara tujuh bunga keabadian merubah ruangan beratap rumbia dengan pilar-pilar kayu besar menjadikan pelaminan bernuansa percik surgawi.Â
Sorotan puluhan mata tak habis-habisnya kagum memandangi tempat persandingan itu. Sebuah mahligai tertata untuk sang pengantin dari wangsa Syailendra dengan wangsa Sanjaya.
Ya, rencana Sri Maharaja Samarattungga menikahkan putri tunggalnya, Pramodhawardhani dengan seorang berdarah biru yang membawahi Watek Pikatan(sebuah daerah yang terbentuk dari beberapa desa-kini masuk wilayah kabupaten Temanggung) yaitu Rakai Pikatan mpu Manuku merupakan keniscayaan.
Samarattungga, raja kerajaan Mataram Kuno dari wangsa Syailendra berhasrat agar perkawinan ini nanti akan melindungi kepentingannya.
Rakai Pikatan, seorang mpu agama Hindu Syiwa yang berdomisili di utara kerajaan Mataram Kuno calon paling memungkinkan bagi putrinya. Walaupun usianya terpaut cukup jauh, tapi itu bukan soal. Â Â