Yang dapat diambil dari hutan pinus selain getah dan turunannya adalah kealamian tempat. Dicoba dengan mengelola untuk wana wisata cukup bagus. Cuma harus didukung sarana dan prasarana untuk menguatkan pondasinya. Saya punya pendapat, wana wisata di dusun Sendang desa Sepanjang ini didirikan dengan "mendompleng" Goa Maria Sendang Pawitra. Karena berdirinya lebih dulu Goa Maria.Â
Jarak antar keduanya sejalur cukup dekat. Disamping itu, nama tempat ibadah umat Katolik sudah familiar bagi masyarakat sekitar. Bahkan jika kalian ke Tawangmangu, sebelum terminal atau SMPN 1 Tawangmangu sudah ada plakat khusus ke arah tempat wisata religi tersebut. Disinilah kemungkinan, Tlagan Asri coba ditawarkan sebagai alternatif atau pendamping.
 Saya dibuat cemas karena melewati lereng yang bikin deg-degan. Memakai motor matic boleh dibilang nekat. Saya melihat, warga desa jarang yang memakai model matic sebagai tunggangan. Kebanyakan bergigi baik bebek atau koplingan. Benar-benar diperlukan kehati-hatian.Â
Bagi penduduk di lereng gunung, jalanan kaya usus ayam bukan sesuatu ajaib. Tapi bagi saya dan mungkin warga kota ini sesuatu yang bikin andrenalin bergolak. Kanan kiri jurang dalam, tebing bukit ada yang longsor sedikit. Berbicara masalah longsor, salah satu dusun di Jatiyoso sudah hilang karena longsor. Penduduk yang selamat di pindah disekitar dusun tetangga terdekat.
Dulunya mereka darimana ya? kok bertempat tinggal di lereng pegunungan?
Tipikal lereng gunung, lahan pertanian pasti dengan kemiringan ekstrem dengan jenis tanah kemerahan. Kol, bebungaan, wortel, daun bawang, pisang, cengkeh melimpah disisian.
Seorang simbah simbah datang dan duduk disana saya tanyai tentang lokasi itu. Jaraknya tak jauh lagi, hanya kisaran 1 kilometeran. Selembar 5 ribuan berpindah tangan. Apakah penjaga loketnya harus seorang nenek? Jawabannya bisa kalian tafsirkan di awal tulisan ini.
Bila pemuda sudah menyerah kalah, orangtualah yang jadi penggantinya?