Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menelusuri Lingkar Wisata Cepogo Boyolali

6 September 2018   15:00 Diperbarui: 6 September 2018   16:47 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa sebuah obyek wisata sepi pengunjung? Banyak faktor, diantaranya, jangkauannya sulit karena akses jalan, petunjuk kurang memadai, atau obyek itu tidak menarik (uninstagramable) bagi sebagian orang. Misal, candi yang tak berbentuk atau tidak utuh menjulang. Buat aku pribadi, mengunjungi suatu tempat bukan berhitung dengan keelokan saja, tapi faktor sejarah juga menjadi bagian penting.

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Kalau kalian berharap Candi Sari sebuah bangunan fenomenal bak candi Mendut, kalian harus mengubur dalam-dalam. Kalian pasti akan kecewa dan bilang, "Zonk!"

Mengelilingi area candi, aku tidak mendapatkan petunjuk apapun mengenai hal ihwal candi Sari. Mungkin Balai Penelitian dan Cagar Budaya (BPCB) Jateng sedang berupaya menguaknya.

Usai dari Candi Sari, aku beranjak menuju candi Lawang. Tujuan utamaku adalah ini. Aku menerobos jalan beberapa dukuh.

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Sebuah tikungan (lebih tepat dan bisa disebut tusuk sate) menjadi bandul arah agar aku bersiap memasuki dukuh Dangean. Dukuh ini bagian dari desa Gedangan, di proyeksikan sebagai dukuh wisata. Selain candi Lawang, pengelolaan sapi perah dan pertanian sayur organik menjadi andalan bagi warga untuk menjaring wisatawan.

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Candi Lawang berada ditengah-tengah pemukiman penduduk. Bila kalian mendengar lenguhan sapi, pakaian dijemur, beberapa petak kebon dengan ragam tanaman, jangan kaget. Pagar besi sepertinya sudah lazim menjadi demarkasi bagi yang tak berkepentingan.

Ini berlaku juga bagi aku. Sampai disana aku harus menunda untuk dapat masuk.

"Kan bisa meloncat, atau buka pintu pagar? Bukankah tidak digembok?"

Itu tindakan buruk. Sebagai pengunjung, aku harus menjaga marwah. Sebenarnya bisa masuk dengan cara begitu. Tapi jangan!

Foto: dokumentasi pribadi
Foto: dokumentasi pribadi
Candi Lawang terdiri dari lima struktur bangunan, yaitu candi Induk, candi Perwara I, candi Perwara II, candi Perwara III dan candi Perwara IV. Pada candi Induk masih dapat dijumpai batur, kaki, tubuh bawah dan pintu. Sedangkan empat struktur bangunan lainnya hanya menyisakan pondasi dan alas saja. 

Candi ini merupakan candi Hindu, dapat diketahui dari ditemukannya yoni. Waktu pembangunannya belum dapat diungkap secara pasti. Berdasarkan langgam bangunan berbentuk genta dan setengah lingkaran dapat kita ketahui periodesasinya saja, yaitu, antara tahun 750 masehi hingga 800 masehi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun