Berbicara tentang Surat Ijin Mengemudi (SIM) berbicara tentang bulan kelahiran saya. Sebuah bulan yang selalu diingat seluruh rakyat negeri ini. Siapa yang tidak mengenal Agustus? Bulan sakral bagi para pejuang patriot bangsa. Dibulan itulah proklamasi kemerdekakaan di gemakan hingga membuat penjajah Belanda tersedak oleh keberanian rakyat nusantara meneriakkan kata "Merdeka!"
Untuk saya pribadi, kata 'merdeka' juga menjadi pengingat agar tengoklah masa kadaluarsa Surat Ijin Mengemudimu. Kalau saya sampai alpa serta telat perpanjang sehari saja itu artinya harus buat SIM baru lagi. Wow...Jangan sampai lupa deh!
Buat saya SIM adalah harga pasti. Kenapa? Karena setiap pengendara motor wajib memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) sesuai dengan UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Daripada mengendara tidak tenang. Apalagi kalau kerap jelajah luar kota, dan kita tak mengetahui kapan razia digelar. Karena tiap polisi daerah punya jadwal razia sendiri disamping operasi serentak yang telah di sosialisasikan.
contohnya, polres Gunungkidul sering melakukan razia di daerah rest area Bunder. Saya beberapa kali melihat dan mengalami. Karena lengkap lolos deh. Buat yang tidak disiplin ya terima nasib. Kena tilang!
Pun di sebuah ruas jalan di daerah Gondangrejo Karanganyar juga pernah bikin kaget para pengendara. Mak jegagik! Tahu-tahu didepan sudah berdiri para aparatur negara dengan style tegak lurus. Yang merasa tak lengkap biyayakan mencoba putar balik. Tapi percuma, aparat sudah antisipasi. Mulane! Disiplin bro!
Atau di Karangpandan Karanganyar. Saya alami ketika menuju tawangmangu. Jadi sekali lagi, SIM itu wajib!
Dengan memantapkan niat, tekad serta menyiapkan syarat, SIM harus saya perpanjang hari ini (Senin, 20 Agustus) walaupun masa kadaluarsanya sebenarnya tanggal 27. Banyak pertimbangan kenapa tanggal itu saya ambil. Adanya tanggal merah (22 Agustus/Idul Adha) serta rencana pergi luar kota di tujuh hari jelang kadaluarsa menjadi penyebabnya.
Tujuan pertama saya melakukan cek kesehatan atau KIR SIM, di dokter yg ditunjuk (praktek dokter bersama). Motor saya arahkan Dijalan Kenanga, persisnya dibelakang masjid Kota barat. Kota barat itu digaris oleh jalan Doktor Moewardi. Disana terlihat antrian menumpuk. Parkir motormu dan menujulah episentrum massa. Sudah ada meja buat meletakkan fotokopi KTP dengan paku sebagai pengikat agar tumpukan itu tidak cerai berai (ditusukkan). Saatnya kalian menunggu panggilan sesuai antrian.
Saya tidak menyangka kalau Senin menjadi pijakan yang sama bagi banyak orang guna mengurus SIM. Saya kira sepi, nyatanya bejibun.
Akhirnya nama saya dipanggil. Ada empat petugas wanita yang melayani. Semuanya ramah.