Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Museum Radya Pustaka, Berkerudung Sunyi di Tengah Hiruk Pikuk Kota

1 Agustus 2018   19:53 Diperbarui: 2 Agustus 2018   14:07 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isinya mengenai akta jual beli sebidang tanah. Disebutkan bahwa pada tanggal 10 paro terang bulan Jyesta tahun 807 Saka ( 29 April 885 Masehi) Dang Acaryya Munindra membeli sawah di Kurungan dari para pejabat desa Parhyangan wilayah Wurutunggal seharga 1 kati untuk di jadikan Sima guna membiayai bangunan suci. Penulisnya ialah Sang Jyo.

* Prasasti Banjaran II: Prasasti ini dibuat pada 974 Saka (1058 Masehi). Sebenarnya, prasasti ini merupakan salinan dari masa Majapahit dibuat pada 1336 Masehi. Ditemukan di desa Banjarum, kabupaten Tuban Jawa Timur.  

Isinya menceritakan mengenai desa Banjaran sebagai sima (daerah merdeka bebas pajak untuk kerajaan), anugerah raja kepada Samya Haji di Banjaran yang telah membantu memulihkan kembali kekuasaan raja.

(semua dipahat pada lempengan tembaga)

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
3. Ruang utama SATU (1): Seperangkat gamelan Ageng Radyapustaka (peninggalan KRA.Sosrodiningrat IV), wayang beber, wayang kulit, wayang kaper, wayang suket, wayang klithik, wayang dupara, wayang golek, adegan wayang gedog, wayang madya, adegan wayang purwa, simpingan wayang purwa, irah-irahan Gambiranom, irah-irahan Ramawijaya, Canthik Rajamala (hiasan/canthik pada haluan perahu. 

Dibuat oleh putra mahkota Pakubuwono IV yaitu Raden Mas Sugandhi/KGPAA Mangkunagoro III, dari kayu jati dari hutan Donoloyo,  Wonogiri. Namanya diambil dari tokoh wayang purwa, Raden Rajamala. Duplikatnya disimpan di museum Karaton Solo) dan benda sejarah lainnya.

Sebuah layar led melengkapi pengembaraan kalian, akan mengisahkan peran sungai Bengawan Solo semasa raja  Surakarta menggunakan jalurnya untuk pelayaran menuju ujung timur.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Di ruangan ini beberapa kali hasil fotoku jadi hitam. Tidak ada gambarnya. Sempat bingung juga. "Iki ngopo tho?", (Ini kenapa sih?) HP saya utak-atik, beberapa koleksi foto yang ada di galeri saya hapus, masih juga trouble. Sepertinya ada yang tidak beres. Lucunya, itu aku alami hanya pas mengambil gambar pada artefak perangkat kuda, lainnya no problem.

Sebuah lemari kayu kuno dengan kaca sebagai ornamen pelindung, didalamnya tampak beberapa pelana kuda beserta perangkat pendamping juga foto seekor kuda.

Padahal diawal masuk saya tidak lupa suluk salam, "Assalamu'allaikum". Ah, baureksone pasti tidak berkenan. Saya coba mengambil gambar sekali lagi dan dilambari, "Bismillahirrohmanirrohim...." eh, berhasil. Satu saja cukup deh. Baginya, mungkin saya dianggap kurang sopan.

"Nggak ada maksud nganggu kok, mbah. Saya hanya niat untuk bagikan buat kompasianer".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun