Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Museum Radya Pustaka, Berkerudung Sunyi di Tengah Hiruk Pikuk Kota

1 Agustus 2018   19:53 Diperbarui: 2 Agustus 2018   14:07 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

~ Menjaga kebersihan dengan cara melepaskan sepatu/sandal ketika masuk ruang naskah.

~ Jika peraturan dilanggar/tidak dipatuhi, dengan terpaksa akan kami, "TENGGELAMKAN!! (point terakhir saya pribadi yang buat...he...he...he...nggak usah serius...)

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
SAYAP KANAN DUA: puluhan arca logam mini; Bodhisatwa, Avalokitesvara, Aksobhya, Manjusri (Bodhisatwa berpengetahuan tinggi, memiliki kebijaksanaan dan kecerdasan. Bodhisatwa merupakan makhluk yg tercerahkan namun belum memasuki nirwana guna membantu seluruh makhluk menuju pencerahan). 

Barang barang dari logam: cangkir, piring, wadah buah, centong, darpana, wadah sesaji, potongan rambut Budha, potongan tangan, lonceng gajah, Prabha, stupika, juga beberapa prasasti yang terdiri dari;

* Prasasti Mantyasih I: Ditemukan di wilayah Kedu, Jawa Tengah.  

Isinya: Pada tanggal 11 paro gelap bulan Caitra tahun 829 Saka (11 April 907 Masehi)

Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya Mahasambhu meresmikan beberapa daerah menjadi Sima (tanah perdikan). Daerah itu ialah Mantyasih termasuk hutannya di Munduan dan Kayupanjang, tanah perumahan di Kuning Kagunturan termasuk sawahnya di Wunut  dan hutan  Susundara dan Sumwing.

Bagian penutup berisi permintaan tolong pada dewa dan arwah para raja yang telah meninggal agar turut membantu melindungi isi prasasti.

* Prasasti Kasugihan: Kedua sisinya ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa kuno. Bentuk huruf pada jaman Erlangga. Sisi depan prasasti berjumlah 7 baris dan sisi belakang berjumlah 8 baris.

Isinya: pada tanggal 10 paro terang bulan Margasira tahun 829 Saka (18 November 907 Masehi), Rakryan Kalangbungkal dyah Manuku menganugerahkan desa Kasugihan kepada Wahuta Tunggu Durung. Pemahat prasasti adalah Wapaguhan.

* Prasasti Wurutunggal (Kurunan): Prasasti ini ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa kuno pada satu sisi dengan 13 baris tulisan. Ditemukan di dukuh Plembon, desa Randusari, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten Jawa tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun