Museum Radya Pustaka, Berkerudung Sunyi di Tengah Hiruk Pikuk Kota

(Dok. Pribadi)

Sebelum memasuki ruang utama SATU (disebut ruang utama karena lebih luas dari yang lain) sebuah koridor akan dilalui. Disini dipajang: Patung setengah dada KRA. Sosrodingrat IV (pendiri museum Radya Pustaka), meriam kecil (dipasang dihaluan perahu Canthik Rajamala), meja marmer, pedang dari beberapa daerah, ragam tombak, seperti tombak luk 5, tombak pamor hurap-hurap, tombak pamor keleng, tombak pamor wengkon dan seterusnya.

Di kanan kiri lorong ada ruangan yang saya sebut saja ruangan SAYAP KIRI SATU. Kemungkinan dulunya adalah kamar tidur si empunya rumah. Beberapa jenis piring kuno, guci kuno, gelas kristal berbagai model, menjadi bagian dari ruangan ini.

Sedangkan di ruangan SAYAP KANAN SATU, berbagai keris kuno, tombak, pedang leres, pedang luwuk, tersusun rapi untuk dinikmati.

(Dok. Pribadi)

Selanjutnya perpustakaan ditempatkan di SAYAP KIRI DUA. Naskah-naskah kuno menjadi rujukan bagi pihak yang berkepentingan sebagai bahan penelitian, atau sumber pengetahuan tambahan bagi yang memerlukan. Ada syarat dan peraturan yang wajib dipenuhi. Yaitu,

~ Para peneliti wajib membawa surat ijin penelitian dari instansi masing-masing.

~ Bagi penelitian untuk skripsi, tesis, desertasi membawa surat dan proposal pengajuan penelitian.

~ Para peneliti wajib mengisi formulir pengajuan  penelitian yang disediakan petugas.

~ Tidak diperkenankan mengambil gambar/memotret naskah dengan alat kamera maupun kamera handphone.

~ Ketika membaca naskah kuno diharuskan  menggunakan sarung tangan yang disediakan petugas.

~ Tidak diperkenankan membawa makanan didalam ruang naskah.

~ Menjaga ketertiban dan ketenangan selama didalam ruang naskah.