Saya itu suka banget dengan bau buku yang baru dibeli. Bau kertas samar-samar tinta cetak menenangkan hati. Ah, masa'?
Tiga hari jelang penutupan adalah saat serbuan pengunjung paling mematikan. Puncaknya di hari Sabtu dan Minggu. Gelombang demi gelombang datang tak habis habisnya. Desak-desakan sesama pengunjung menjadi penanda betapa buku ternyata masih mendapat tempat di hati kita-kalau pameran gadget lebih heboh. Lapak kami merasakan berkah-Nya. Pundi-pundi terkumpul. Semuanya merasakan kucuran rejeki Tuhan. Semua lapak diobrak-abrik pemburu. Diskon yang gila-gilaan menyumbang kehebohan.
Di hari terakhir, Minggu 10 Maret, saya ambil peluang seusai sholat dhuhur ikut menjadi bagian pemburu buku. Lapak yang saya serbu berasal......
"Dari mana, mas?" tanyaku
"Jogja, Mas."
"Walah, tonggo dewe. Donya iki ternyata sempit. Aku seko Solo." (Walah, tetangga sendiri. Dunia ternyata sempit ya. Aku dari Solo.)
Mas se melihat tanda pengenalku.
"Lapak e sing pundi, Mas?" (Lapaknya di sebelah mana Mas?)
"Wonten ujung. Niki bablas mentok, belok kanan." (Di ujung. Ini terus mentok, belok kanan.)
"Dipun sekecak aken, Mas." (Oh ya mari silakan, Mas)
"O inggih." (Oh ya.)
Tanganku bergerilya di antara tumpukan buku. Sortir sana sini. Akhirnya dapat yang aku inginkan. Aku bayar dan langsung keluar dari impitan, sebab Yosef gantian akan sholat dan makan.
Minggu malam mendekati ujung hingar bingar. Masih ada pesta dibeberapa stand. Panggung utama menyeseleikan tugasnya. Akhir dari sebuah perhelatan: ada perjumpaan pasti ada perpisahan: Islamic Book Fair 2013 resmi ditutup. Surutnya gelombang menyisakan serpihan kenangan di hati setiap insan.Â
Kami segera saja membenahi barang. Ada aturan, batas waktu meninggalkan arena adalah jam 00.00 WIB. Jadi barang-barang wajib segera dipak. Ternyata hanya tersisa 4 kardus besar. Padahal bawa dari Solo 16 kardus. Semua sibuk. Pekerja lapak berpacu. Kami mirip balatentara kerajaan yang akan melakukan peperangan. Akhirnya tuntas, tinggal menunggu mobil kargo yang akan membawa kembali ke kota asal. "Suf, wis kabeh?" (Suf, sudah semua?)
Yosef masih membenahi tasnya. Mobil kargo datang. Semua dimasukkan. "Hati-hati ya Pak."
"Ya, mas. Assalamu'allaikum..."
"Wa'allaikumsalam....."
malam kian meninggi, sebelum pergi kami pamitan sama arek-arek Surabaya. Jabat tangan terujud erat. Salam perpisahan dan kata-kata seremonial meletup.