Tapi yang membuat saya lebih menderita adalah minuman tehnya. Selama jaga stand saya harus puasa kenikmatan teh nasgitel. Di warung itu hanya tersedia teh celup. Lidahku protes.
Minggu hari ketiga sudah banyak diprediksi akan diserbu pengunjung. Dan benar, semakin siang pengunjung menyesaki koridor.
"Membaca tidak harus membeli," teriakanku mengapung di antara riuhnya pengunjung. Wajah-wajah antusias para pecinta buku menyiratkan optimisme-semoga dagangan kami laris manis tanjung kimpul.
"Silahkan dilihat dulu, mbak. Membaca tidak harus membeli. Kalau cocok baru dibeli," sebuah rayuan gombal dari penjaga stand.
Saya senang melihat keriuhan ini. Pengunjung dengan beragam maksud tersaring dengan sendirinya. Gelombang-gelombang silih berganti menelusuri koridor, riaknya masuk ke stand. Bau khas buku campur baur dengan keringat kecut-yang wangi juga ada-menguar di udara.
Selasa-jelang-siang Bos W datang bersama pegawai baru. Berbicara dengan kami, menanyakan progres penjualan, suluk kabar, kesehatan, kendala. Semua baik-baik saja, bos.
Selama pameran berlangsung, kami berdua mencari peluang untuk orientasi medan. Blusukan di seantero wilayah. Sambil mempelajari denah yang dibagikan gratis oleh panitia bagi peserta pameran sekaligus pemberian tanda pengenal. Di kemudian hari kami mengambil manfaatnya ketika satu dua pengunjung kebingungan (disorientasi medan). Denah tersebut menolong kami dalam menunjukkan arah kepada pengunjung.
Ternyata gaung IBF 2013 sampai ke Sukabumi, Cirebon, depok, Bogor, Tasikmalaya serta daerah penyangga. Karena di hari-hari mendatang stand kami dikerubuti pelajar-pelajar dari sebuah sekolah di Sukabumi.
"Pak, boleh nggak kami mengutip buku di sini?" beberapa pelajar putri mengerubungi stand.
"Boleh saja"
"Tapi kami nggak beli?"
"Nggak pa pa. Silahkan dipilih untuk dicatat"
Pengunjung kian menyesaki seantero pameran. Kekuatan AC yang terpasang ternyata luluh lantak oleh gelombang yang silih berganti berdatangan. Dinginnya surut dalam sekejab. Kalau pas malam usai lapak ditutup, kami merasakan sejuknya. Tapi kondisi ramai. Ampun deh.
"Dari mana dik?"
"Sukabumi, pak"
"Ini rombongan sesekolah?"
"Iya pak"