Mohon tunggu...
Rio Rio
Rio Rio Mohon Tunggu... Administrasi - Hehehe

Words kill, words give life, They're either poison or fruits- You choose. Proverbs 18:21

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Merdeka dalam Berpikir Batasi dalam Bertindak

18 Agustus 2022   11:20 Diperbarui: 25 Agustus 2022   12:30 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kebebasan berpikir dan bertindak. (sumber: freepik)

Kekalutan pola pikir anak muda

illustration by; dreamstime.com [ID169041681] (c) kostas1gr
illustration by; dreamstime.com [ID169041681] (c) kostas1gr

Kekalutan pola pikir menjadi hal yang wajar terjadi di era digitalisasi yang masif dan tak terbendung ini. 

Belum lagi berbicara tentang faktor usia yang terlalu muda dan akses informasi yang tak terbatas sehingga menjadikan nilai-nilai budaya yang dulu di aggap sakral terus tergerus akibat pola pikir yang terlampau dalam dan tidak terarah.

Jika kembali pada contoh pandangan FreeThinker yang membawa konsep kewajaran atas hubungan sesama jenis, terdapat sebuah kecepatan perubahan paradigma tentang kaum LGBT yang dulu di kucilkan dalam kehidupan bermasyakarat, kini dengan bangga membagikan video kehidupan kesehariannya. 

Belum lagi tentang "panggung" yang disiapkan oleh publik figur untuk kaum LGBT yang seolah-olah turut setuju untuk menghilangkan nilai-nilai dalam agama dan norma-norma budaya tertentu. 

Tindakan-tindakan asusila yang menyeret pemuka agama, yang meruntuhkan benteng "agama" di mata kaum millennial yang akhirnya membuat mereka beragama sebagai bentuk formalitas saja.

Kekalutan pola pikir generasi millennial menjadi semakin menjadi-jadi lantaran ilmu di bangku pendidikan formal ataupun ajaran mengenai budaya yang di terima sedari kecil dirasa tidak lagi sesuai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

Pembatasan tindakan

Merdeka dalam berpikir, atau menjadi  seorang free thinker bukan menjadi salah siapa pun, namun setiap pemikiran juga tidak harus di tunjukan dengan cara yang ekstrem. Kelahiran pemikiran seseorang pasti sangat dipengaruhi dengan masalah yang muncul di sekitarnya, lalu di dukung pula dengan situasi dan kondisi yang relevan pada saat itu. 

Sehingga sangat penting bagi kita untuk melihat konteks secara utuh sebelum mengatakan bahwa sebuah pendapat itu benar atau salah dan menempatkan "rasa" dalam logika berpikir agar nilai-nilai sosial budaya yang baik tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun