Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara adalah nama pena. Tinggal di Kepi, Desa Rapowawo, Kec. Nangapanda, Ende Flores NTT. Mengenyam pendidikan dasar di SDK Kekandere 2 (1995). SMP-SMA di Seminari St. Yoh. Berchmans, Mataloko, Ngada (2001). Pernah menghidu aroma filsafat di STF Driyarkara Jakarta (2005). Lalu meneguk ilmu ekonomi di Universitas Krisnadwipayana-Jakarta (2010), mengecap pendidikan profesi guru pada Universitas Kristen Indonesia (2011). Meraih Magister Akuntansi pada Universitas Widyatama-Bandung (2023). Pernah meraih Juara II Lomba National Blog Competition oleh Kemendikristek RI 2020. Kanal pribadi: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Pengalaman "Live In" di Panti Jompo

3 November 2021   20:19 Diperbarui: 5 November 2021   05:59 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan, di luar pikiran saya sebelumnya, ada yang saling jatuh cinta. Mereka saling mengungkapkan rasa. Ini seronok, saya rajin pasang telinga. 

Sebagai pendamping, kesempatan ini biasanya saya gunakan bermain gitar, mengajak mereka bernyanyi bersama, tentang kasih dan cinta. Ini cara untuk mengalihkan agar jangan sampai ada kesempatan mereka berpacaran.

Setelah sebulan, masa live in saya pun berakhir. Kami saling berpisah. Kami saling melupa. Namun kesan-kesan itu tetap membekas hingga kini. 

Dan, ketika viral sebuah foto di media sosial berisi surat pernyataan tiga orang anak yang menitipkan orangtuanya ke panti jompo, saya pun kembali mengingat kebersamaan kami di Rempoa.

Bagi saya, keberadaan panti jompo tergantung cara kita memandang. Rumah jompo bukan tempat titipan, juga bukan "pembuangan". Bagi saya, panti jompo adalah sekolah berasrama bagi lanjut usia. 

Saya yakin, manajemen panti jompo sekarang jauh lebih modern, elegan, dan manusiawi. Maka, atas alasan tertentu, "menyekolahkan" orangtua di panti jompo adalah pilihan tepat. Toh, daripada orangtua dibiarkan di rumah dengan kondisi tak terurus secara layak?

Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun