Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara adalah nama pena. Tinggal di Kepi, Desa Rapowawo, Kec. Nangapanda, Ende Flores NTT. Mengenyam pendidikan dasar di SDK Kekandere 2 (1995). SMP-SMA di Seminari St. Yoh. Berchmans, Mataloko, Ngada (2001). Pernah menghidu aroma filsafat di STF Driyarkara Jakarta (2005). Lalu meneguk ilmu ekonomi di Universitas Krisnadwipayana-Jakarta (2010), mengecap pendidikan profesi guru pada Universitas Kristen Indonesia (2011). Meraih Magister Akuntansi pada Universitas Widyatama-Bandung (2023). Pernah meraih Juara II Lomba National Blog Competition oleh Kemendikristek RI 2020. Kanal pribadi: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang Miskin Jangan Banyak Anak?

18 Maret 2021   12:22 Diperbarui: 18 Maret 2021   12:34 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sedang bermain. Foto: Roman Rendusara

Akhirnya, banyak anak, banyak rezeki dan banyak berkat tetap berlaku sampai kapan pun, sejauh kita mengakui anak adalah aset berharga. Sebagai aset, anak akan dirawat, dididik dan dijaga dengan sangat bijak. Tanpa memandang status kelas sosial-ekonomi ekonomi. Toh, bukankah banyak anak orang kaya di negeri ini terlibat koruptor. Artinya, mendidik anak tidak semata-mata dengan uang banyak, melainkan kekayaan hati yang diutamakan.

Sebaliknya, jika kita melahirkan anak dan menganggapnya akan membebani ekonomi keluarga, maka anak dijadikan beban semata. Ia pembawa malapetaka keluarga. Ia penyebab keluarga miskin. Tidak jarang, angggapan ini sebagai biang aborsi dan tindakan kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orangtuanya sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun