Ketiga, masalah persediaan ari bersih. Ini masalah serius di NTT dan dilupakan dalam program pencegahan "stunting". Misalnya, di Kabupaten Rote Ndao, lima desa mengalami krisis air bersih pada Juli 2020. Hal ini dialami hampir setiap tahun. Di Kupang dekat kantor Gubernur, warga masih kesulitan mendapat air bersih dari PDAM. Di Sikka, warga kesulitan air bersih selama Maret-September 2020. Sementara, di Nagekeo, warga Desa Oda Ute menempuh jarak 2 kilometer untuk mengambil air dari sisa kubangan yang mulai mengering. Juga, warga Desa Rendu Wawo terpaksa mengkonsumsi air embun yang keruh.
Akhirnya, jika pemerintah serius mengatasi stunting, pertama, pendidikan pola asuh anak secara berjenjang. Mengembalikan peran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Saya merindukan peran BKKBN seperti zaman orde baru, dengan layar tancapnya, dari kampung ke kampung.
Kedua, serius mengatasi masalah krisis air di berbagai wilayah di NTT. Air itu kehidupan. Selain untuk konsumsi, air yang melimpah juga untuk menyiram tanaman sayur-sayuran. Supaya persediaan sayur setiap rumah tangga tetap terjaga. Konsumsinya meningkat.
Dengan demikian, NTT bisa keluar dari daerah prevalensi "stunting" tertinggi di Tanah Air.
=======
Tulisan ini sudah dipublikasikan di nusalontar.com, 18/2/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H