Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Teologi Vaksinasi

26 Januari 2021   13:46 Diperbarui: 26 Januari 2021   18:43 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinovac Vaksin Covid-19. Foto: via BBC.com

Dan, manusia yang lain, hanya dibutuhkan kerendahatian, menerima vaksin dengan penuh syukur. Syukur atas kehadiran vaksin merupakan kepenuhan iman akan Allah, yang menciptakan manusia dengan otak, untuk berpikir dan menemukan vaksin. Maka, ketika manusia siap divaksin, berarti iman akan Yang Kuasa semakin diteguhkan.

Ketiga, perlu investasikan lebih pada upaya merawat kehidupan. Manusia perlu investasi kesehatan. UU menuntut anggaran pendidikan 20 persen demi pendidikan generasi bangsa yang maksimal. Namun, di saat yang sama, manusia membiarkan Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit tanpa perlengkapan optimal.

Di Flores, hasil SWAB harus menunggu berhari-hari dari Kupang, ibukota NTT. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dalam kondisi 'benar-benar' sakit untuk menyambut, lalu merawat orang sakit. Dokter tidak ada, kalau pun ada, lebih sibuk di klinik praktek pribadi. Maka, saatnya, perlu membenahi problem tata kelola investasi kesehatan manusia.

Akhirnya, semoga iman (yang rasional) menyelamatkan manusia dan semesta. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun