Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menjaga Likuiditas, Menata Elemen Pemasaran dalam Koperasi Kredit

25 Januari 2021   11:33 Diperbarui: 26 Januari 2021   03:52 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 sangat memukul sendi kehidupan manusia. Salah satu dampak kuat, pada bidang ekonomi. Ekonomi tertekan, pertumbuhan melambat. Meski, disiram dana PEN, belum cukup bergairah. Konsumsi pun belum terdongkrak naik. PKM (Pembatasan Kegiatan Masyarakat) diberlakukan kembali. Ekonomi makin nyeri.

Koperasi Simpan Pinjam (Koperasi Kredit/Kopdit) termasuk di dalamnya, yang kenah dampak serius. Survei Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI) pada Juli 2020, menunjukkan bahwa kinerja Kopdit menurun di masa pandemi ini (PICU No.58/Thn 10 November-Desember 2020, hal.24).

Kinerja Kopdit Menurun

Terdapat tiga dampak yang diteliti, yakni aspek kelembagaan, keuangan dan nilai-nilai Kopdit.

Pandemi Covid-19 menghempas pola kerja Kopdit, dalam aspek kelembagaan. Jam kerja diperpendek. Sistem shift diberlakukan. Beberapa staf manajemen bidang tertentu mesti bekerja dari rumah (work from home).

Aspek keuangan, sebagai jantung organisasi Kopdit berdenyut lambat. Simpanan anggota menurun. Pencairan pinjaman agak hati-hati. Pertumbuhan aset negatif. Cadangan tergerus. Kas dan setara kas menipis.

Menurunnya kinerja aspek kelembagaan dan keuangan mempengaruhi nilai-nilai, prinsip, jati diri dan spiritualitas ber-Kopdit. Dengan alasan pandemi Covid-19, sebagian anggota kehilangan penghasilan. Tidak ada pendapatan. Setoran ke Kopdit, baik simpanan maupun angsuran pinjaman, terkendala. NPL (Nett Loan Performance) naik menajam. Prinsip ber-Kopdit:simpan secara teratur, pinjam secara bijaksana, dan angsur tepat waktu dan jumlah-tergerus pelan.

Menjaga Nilai Kopdit

Sesungguhnya, masyarakat bukan tanpa uang sama sekali. Kucuran dana PEN, berupa UMKM, BLT Gaji dan bantuan lainnya belum digunakan sesuai peruntukan yang secara tepat. Setoran ke Kopdit yang menjadi kewajiban justru terabaikan.

Bukan salah masyarakat. Pemerintah mendorong, dengan uang yang diberikan, masyarakat dapat membelanjakannya. Sehingga, diharapkan konsumsi menanjak. Indikator pertumbuhan ekonomi terkoreksi positif.

Pesan di atas, berbanding terbaik dengan nilai-nilai, prinsip dan jati diri Kopdit yang selama ini diberi-bekalkan kepada anggotanya. Anggota diajak untuk menyimpan secara teratur. Sedikit demi sedikit, tanpa menunggu banyak uang. Setelahnya, meminjam untuk kebutuhan produktif, pendidikan dan kesejahteraan (konsumsi).

Merawat Solidaritas, Memapah Swadaya

Dengan menabung di wadah Kopdit, solidaritas dan swadaya masyarakat meningkat. Solidaritas menuntut rasa setia kawan. Swadaya dituntun kemandirian. Keduanya adalah nilai yang dipertaruhkan di Kopdit.

Atas dasar solidaritas, sesama anggota menyimpan sejumlah uang dan meminjam sesuai kebutuhan anggota. Dalam Kopdit, terdapat prinsip, 'kau susah, saya bantu-saya susah, kau bantu'.

Prinsip ini merekatkan solidaritas sesama anggota. Anggota meninjam uang anggota lain, bukan uang sendiri. Sebab, jika meminjam uang sendiri, maka hilang sudah prinsip solidaritas. Meminjam uang sendiri sama dengan keluar dari anggota Kopdit.

Sementara, prinsip swadaya direkatkan dengan mengandalkan modal sendiri. Modal keuangan Kopdit adalah simpanan anggota. Modal bukan berasal dari pinjaman lembaga lain, kecuali dalam jaringan (sekunder). Pemerintah bisa memberikan bantuan, namun berupa pelatihan dan penguatan kapasitas organisasi Kopdit. Sehingga, keswadayaan tetap dipapah.

Menabung versus Menghabiskan

Kucuran dana berimbas pengikisan nilai-nilai Kopdit. Semacam perang gagas: pemerintah mendorong konsumsi masyarakat. Sementara Kopdit mengupayakan masyarakat menabung. Jadinya, menabung versus menghabiskan. Saving melawan Consumption. Menyiapkan masa depan versus berfoya-foya.

Nah, dua nilai Kopdit di atas mendapat tantangan di tengah pandemi ini. Simpanan menurun. Semangat mengangsur kembali pinjaman melempem. Prinsip 'kau susah, saya bantu-saya susah, kau bantu' berubah menjadi 'kau susah, saya bantu-saya susah, kau lari'. Solidaritas semakin mengkuatirkan.

Menata Manajemen Pemasaran

Di tengah pandemi ini, yang terpenting, menjaga jantungnya Kopdit tetap berdenyut: arus kas (cash flow). Likuiditas tetap terjaga. Diharapkan, ada efisiensi beban. Pengeluaran ditekan. Cermat menyeleksi biaya. Sambil membenah kebijakan struktur keuangan yang efektif.

Tambahan penting, Kopdit tidak fokus pada menjaga arus kas. Manajemen finansial memang penting, tetapi manajemen pemasaran tetap dikembangkan. Hemat saya, ada tiga elemen manajemen pemasaran Kopdit, yakni manajemen anggota (member management), manajemen produk (product management) dan manajemen citra (brand management).

Pertama, manajemen anggota (member management). Kopdit cermat mengamati segmen anggota. Fokus pada anggota loyal adalah pilihan utama. Ketimbang mendapatkan anggota baru tapi 'buronan' dari lembaga keuangan lain. Kopdit mesti menjaga anggota potensial.

Kedua, manajemen produk (product management). Produk utama Kopdit adalah simpanan dan pinjaman. Manajemen produk perlu diletakkan berbasis tanggap darurat. Suku bunga simpanan-pinjaman lebih bersahabat. Meski dilematis, restrukturisasi pinjaman dilakukan.

Penyesuaian produk (costumized product) dapat menjadi kunci menjaga anggota potensial tidak 'ke lain hati'. Didahulukan dengan mengevaluasi harga dan bunga. Selain, memberikan fasilitas tambahan, seperti grace periode tiga sampai enam bulan.

Ketiga, manajemen citra (brand management). Memelihara citra Kopdit yang bermartabat menjadi tantangan serius. Segera beralih dari lembaga keuangan tradisional, tanpa meninggalkan nilai-nilai Kopdit. Inovasi menjadi pilihan serius. Bila perlu bangun kerjasama tekfin (teknologi finansial). Perlu kemitraan pembayaran.

Di sisi lain, pendidikan dasar Kopdit tetap dilakukan. Menjaga kualitas pelayanan. Menghindari 'fraud' oleh Pengurus dan manajemen Kopdit. Mitigasi resiko penyalahgunaan uang anggota dilakukan. Memastikan, uang anggota aman. Dengan demikian, kepercayaan (trust) tetap terjaga.

Akhirnya, tiga elemen manajemen pemasaran (marketing management) di atas, selain menjaga likuiditas dan merawat solidaritas anggota Kopdit, juga memupuk kepercayaan (trust) terhadap Kopdit bertumbuh subur. Sebab, kepercayaan (dari kata credere, Bahasa Latin) adalah 'nyawa'-nya Kopdit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun