Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cerdas Berinvestasi Menuju Insan Bermartabat

7 Agustus 2020   12:11 Diperbarui: 27 Agustus 2020   07:52 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: woccu.org

Kembali ke soal investasi aset. Setelah mengetahui berapa aset, mana aset bersih, berapa aset yang berkualitas, dan mana aset yang memungkinkan bisa menghasilkan pendapatan.

Poin yang bisa saya ambil dari investasi aset, yakni: a) Jangan pegang uang terlalu banyak di tangan. Selain alasan keamanan, itu aset tidak menghasilkan. Uang 'nganggur'. Investasi uang itu ke lembaga keuangan, di Koperasi Kredit, misalnya. Berinvestasi uang tunai (aset) yang cerdas itu di lembaga keuangan yang terpercaya dan profesional pengelolaannya.

b) Jika punya lahan kosong, atau bangunan kosong, sewakan kepada orang lain. Sebab itu aset tetap yang tidak menghasilkan. Selebihnya dijual saja, jika likuiditas kita agak berat. 

Atau di atas tanah, ditanam pohon kayu yang 10-20 tahun bisa ditebang. Perawatan aset tetap butuh biaya pula. Dan selanjutnya kita tidak 'kepala pusing' kebiasaan buruk membuang sampah di sembarang tempat, sebab di negeri ini, tanah (lahan) kosong adalah tempat sampah yang ramah.

c)  Pastikan hutang kita adalah hutang yang produktif. Hutang yang menghasilkan pendapatan baru. Misalnya, pinjam uang di Koperasi Kredit untuk membeli sepeda motor. Sepeda motor itu digunakan untuk ojek. Penghasilan sebagai ojek bisa mencicil pinjaman di Koperasi Kredit. Dan pinjaman kita tidak dikategorikan macet/lalai. Juga, hutang untuk anak sekolah adalah hutang produktif. Kita menginvestasikan masa depan anak-anak kita dengan pendidikan yang lebih bermutu.

d) Ini yang terakhir, pastikan jika memiliki aset berupa warisan (hibah) orang tua: bersyukurlah! Sekali lagi, bersyukurlah! Bukan karena orangtua kita kaya, tetapi mereka tahu yang terbaik buat anak-anaknya.

Akhirnya, dengan cerdas berinvestasi, sesungguhnya menjadi manusia yang 'merdeka'. Kita tidak merasa terbelenggu dengan segala kemajuan dunia luar jika sungguh cerdas menginvestasikan diri. Investasi diri secara cerdas melahirkan kreativitas dan inovasi, terutama di tengah pandemi Covid-19 ini.

Berinvestasi relasi yang cerdas memupuk persahabatan yang bermutu. Kita tahu sahabat yang sejati. Relasi yang cerdas tidak mempunyai lawan yang abadi. Hidup berdamai dalam keberagaman hanya muncul dalam pola investasi relasi ini.

Sementara investasi aset yang cerdas membuahkan kemerdekaan secara finansial. Kemerdekaan financial menobatkan kita sebagai insan bermartabat. Bermartabat berarti tidak menjadi pengemis di negeri sendiri. Mulai dari sekarang, jangan terlambat. Sebab "vestigia, nulla retrorsum" (Latin: jejak kaki tidak ada yang berjalan mundur).

Dirgahayu RI ke-75.

(Tulisan ini adalah refleksi pribadi menyambut HUT RI ke-75)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun