Ratusan buruh migran menggelar aksi unjuk rasa damai. Sembari menyalakan seribu lilin. Mereka berasal dari gabungan beberapa organisasi, seperti MATA (Migran Anti Trafficking Alliance) yang dipimpin Mbak Ariany dan Joey Loko Day, juga KKIHK (Komunitas Katolik Indonesia Hong Kong). Malam seribu lilin ini dilaksanakan di depan gedung KJRI, Jl Leighton 127-129 Causway Bay, Hong Kong, Minggu (21/8) malam.
Seperti diberitakan, Yulfrida Selan meninggalkan kampung halaman tanpa sepengetahuan keluarga sejak September 2015. Pada 13 Juli 2016, petugas BP3TKI Propinsi NTT Jonas Bahan memberitahu keluarga, Yufrinda meninggal gantung diri di dapur rumah majikan tanggal 9 Juli 2016. Ketika jenazah Yulfrida diserahkan, keluarga menemukan kejanggalan; semua identitas korban dipalsukan dan berita acara penyerahan tertanggal 11 Juli padahal jenazah baru diserahkan 14 Juli 2016. Juga keluarga korban sangat menyesalkan akan organ-organ dalam korban yang turut hilang.
Selain ratusan buruh migran dari berbagai suku dan agama di Indonesia, hadir pula tokoh dan pemuka agama seperti Romo Heribertus Hadiarto, SVD dan Sr Rita RGS (pendamping KKIHK), serta Pendeta Aris Ilu dari GMKIH.
Selain menyalakan lilin, aksi solidaris ini membawakan orasi, pusis, nyanyian dan musik gendang. Doa bersama pun didaraskan sebagai bentuk keprihatian sesama buruh migran. Suasana haru dan isak tangis nampak menyelimuti peserta ketika Yuliana membacakan puisi “Perempuan” dan diiringi lagu gugur bunga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H