Mari kita bertanya, masihkah saya setamat kuliah harus menunggu CPNS sambil mengojek. Tour de Flores mestinya membuat saya semakin berusaha kreatif dan inovatif. Buang rasa malu dengan tetangga hanya karena tidak PNS. Jangan malu kerja sebagai tukang cuci pakaian dan buka warung makan. Kini, tersingkaplah lebih terbuka titik sensual yang lebih berani dari Tour de Flores ini, bahwa saya yang asli Flores lebih menonton, banyak berkomentar dan kritik, tanpa berusaha yang lebih kreatif dan inovatif. Soal kerja kita masih ‘jaga waka’ (jaga gensi).
Akhirnya, sensualitas tidak terletak pada bagian tubuh yang terbuka, tetapi terletak pada bagian tubuh yang sesekali terbuka. Ketiga titik-titik sensual di atas adalah ‘bagian tubuh’ (keseharian hidup) kita. Ia lebih sensual. Sebab disingkap dan dibuka secara vulgar. Dan, yang sensual dan hal-hal termasuk di dalamnya, selalu membutuhkan sentuhan yang lebih berani dan ‘membunuh’. Tour de Flores 2016 telah lebih berani.
Sumber gambar: Ferdinandus Setu, Publication of Tour de Flores 2016
Oleh Roman Rendusara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H