Akhirnya, menurut saya, penipuan berkedok investasi berbunga besar ini bisa terjadi di NTT disebabkan salah satu faktor adalah budaya. Budaya pengkultusan terhadap tokoh masyarakat (tomas), tokoh agama (toga), tokoh adat (todat), tokoh pemerintah (topem) hingga tokoh politik (topik) tanpa daya kritis masyarakat dimainkan sangat apik. Mudah saja, hadirkan salah satu atau dua deretan tokoh-tokoh terkenal di masyarakat NTT, akan menarik masuk banyak nasabah. Dekati “tomas, toga, todat, dan topik” pasti mengular antri calon nasabah. Sebab, sebagian orang NTT merasa lebih berharga siapa yang berbicara daripada apa yang dibicara. Apa kata mereka dianggap sabda Allah. Omongan mereka adalah petuah suci leluhur.
Saya yakin ini belum ada dalam diklat-diklat ekonomi bisnis. Juga teori-teori pemasaran belum dikupas lengkap. Hanya ada di NTT, bisnis apa pun; jika mau maju dan berkembang cepat dan pesat, hanya ada satu kuncinya; “PEGANG KEPALANYA”. Ini teori pemasaran yang paling progresif di NTT. Rupanya, teori ini diadopsi dari cara menangkap ular yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H