Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Money

Investasi Bodong dan Teori Pemasaran Progresif a la NTT

14 April 2016   19:40 Diperbarui: 14 April 2016   20:09 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, menurut saya, penipuan berkedok investasi berbunga besar ini bisa terjadi di NTT disebabkan salah satu faktor adalah budaya. Budaya pengkultusan terhadap tokoh masyarakat (tomas), tokoh agama (toga), tokoh adat (todat), tokoh pemerintah (topem) hingga tokoh politik (topik) tanpa daya kritis masyarakat dimainkan sangat apik. Mudah saja, hadirkan salah satu atau dua deretan tokoh-tokoh terkenal di masyarakat NTT, akan menarik masuk banyak nasabah. Dekati “tomas, toga, todat, dan topik” pasti mengular antri calon nasabah. Sebab, sebagian orang NTT merasa lebih berharga siapa yang berbicara daripada apa yang dibicara. Apa kata mereka dianggap sabda Allah. Omongan mereka adalah petuah suci leluhur.  

Saya yakin ini belum ada dalam diklat-diklat ekonomi bisnis. Juga teori-teori pemasaran belum dikupas lengkap. Hanya ada di NTT, bisnis apa pun; jika mau maju dan berkembang cepat dan pesat, hanya ada satu kuncinya; “PEGANG KEPALANYA”. Ini teori pemasaran yang paling progresif di NTT. Rupanya, teori ini diadopsi dari cara menangkap ular yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun