Ranger Castro mengantar kami menjelajah trek pendek, hanya selingkar kebun jagung. Rombongan kera tunggang-langgang, melihat kami datang. Tidak satu pun komodo liar terlihat. Kami menuju tempat menetas telur-telur komodo. Komodo menetas dua meter ke dalam tanah. Itu pun meminjam bekas sarang burung maleo (macrocephalon maleo). Keunikan burung maleo ukuran telurnya hampir sebesar induknya. Konon, ia pingsan setelah bertelur.
Kerbau tidak nampak terlihat kali ini. Seekor rusa jantan sedang merumput, tak peduli dengan kedatangan kami. Jika kami mendekat pasti dia lari.
Pulang....
Warna jingga muda angkasa tersenyum. Raja siang kian condong ke barat. Laut teduh. Taji Komodo menggiring kami keperaduan. Hingga tiba kembali di Labuh Bajo. Itulah kisah akhir perjalanan dua anak manusia menemui kadal raksasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H