Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ke Pulau Komodo, Tidak untuk Wisatawan Lokal

6 Mei 2015   17:18 Diperbarui: 29 Agustus 2020   08:25 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah pagi di kampung ujung Labuan Labuan (dok Roman)

Ranger Kuba Arisda memandu kami (dok Roman)
Ranger Kuba Arisda memandu kami (dok Roman)

Ranger Castro mengantar kami menjelajah trek pendek, hanya selingkar kebun jagung. Rombongan kera tunggang-langgang, melihat kami datang. Tidak satu pun komodo liar terlihat. Kami menuju tempat menetas telur-telur komodo. Komodo menetas dua meter ke dalam tanah. Itu pun meminjam bekas sarang burung maleo (macrocephalon maleo). Keunikan burung maleo ukuran telurnya hampir sebesar induknya. Konon, ia pingsan setelah bertelur.

Kerbau tidak nampak terlihat kali ini. Seekor rusa jantan sedang merumput, tak peduli dengan kedatangan kami. Jika kami mendekat pasti dia lari.

Pulang....

Warna jingga muda angkasa tersenyum. Raja siang kian condong ke barat. Laut teduh. Taji Komodo menggiring kami keperaduan. Hingga tiba kembali di Labuh Bajo. Itulah kisah akhir perjalanan dua anak manusia menemui kadal raksasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun