Dalam lorong  waktu ada cinta yang tak terpotong
puisi-puisi tulisan Jr.
(1)  Cerita Cinta  desa Suda
Awan putih dalam detik berganti jingga
lalu tibalah petang menghadang
di tikungan jalan tampak sepetak pusara desa
menyapa orang-orang berlalu
"selamat datang di desa  elegan"
di antara setapak jalan,
alam memulai lantunan
keresek daun-daun tebu gading bergesekan
keriang-keriut ranting jati bersinggungan
bunyi-bunyi itu tengah membangun hening harmoni
aku terus berderap
menarik langkah di atas cerucup pecahan  batu-batu
di lorong desa  bersahaja
berpapas pria-pria betelanjang dada
menggenggam sabit, memanggul haud hama
mereka hendak pulang dari ladang
sehabis rembang petang datang
isteri, anak-anak  telah menantinya
di  antara cerucup serpihan batu-batu
aku terpana menatap surau dan gereja desa
bersanding saling  membagi cinta nyata
umatnya tak lain  pria-pria bertelanjang dada
kedua anak Adam itu telah merajut kehangatan
meski mereka beritus beda
cinta di antara cerucup serpihan  batu-batu
di antara lantunan azan surau
di antara dentang lonceng gereja desa
mengajarkan  amaran  setiap manusia
guna merenung dan berdoa
termasuk kita.
                          Jr, 6 Juni 2021
Â
Â
(2) Cinta pada ayat kopi
Â
setiba dalam perhentian sementara
aku kau sapa dengan kepulan asap kopi
yang kau seduh dengan taburan kasih
dalam kepulan asap kopimu
menguar aroma cinta dan raksi melati
itulah nirmala yang kau tumbuhkan
merangkai cinta senyap kata
merajut harap tanpa hasrat
menyulam riak-riak  karunia.
aku hanyut ke bahana keelokan
senja itu.
                    Jr, 6 Juni 2021
(3) Â Tatapmu melepasku
Â
aku harus  segera  kembali
seusai berguru perihal kehangatanmu
perihal perawan desamu
perihal lantunan azan suraumu
perihal dentang gereja desamu
perihal keperkasaan pria-pria desamu
perihal longlong anjing di pekat malam
aku bergegas selepas bola  hitam matamu
membura cinta yang tak kasat mata.
                             Jr,  6 Juni 2021
(4) Â Kau di antara serpihan waktuku
Dalam kepingan waktu
aku mengatup lukamu
aku menatap pukaumauÂ
aku berempati nestapamu
aku mengelak marahmu
aku mendengar gelakmu
aku merasa hangatmu
dalam sibiran waktu
aku melindungi bayamuÂ
aku menggandeng lakumu
dalam epilog waktu
aku mengantar panjang pulangmu.
                   Jr, 17 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H