Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Minggu Adven Serasa Natal: Bagaimana Harusnya Memaknai Masa Adven?

4 Desember 2024   18:37 Diperbarui: 4 Desember 2024   21:54 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk umat Kristen, bulan Desember kerap diberi label sebagai bulan penuh kebahagiaan dan sukacita. Inilah bulan dimana Natal akan dirayakan dengan cara atau versi masing-masing.


Kota Kupang sebagai salah satu kota dengan jumlah penduduk pemeluk agama Kristen yang signifikan juga memberikan warna tersendiri dalam menyambut perayaan Natal.

Di tiap bahu jalan mulai di pasang pohon-pohon Natal dengan kemilau warna-warni lampu dan hiasan. 

Lagu Natal disuguhkan, baik di angkutan umum, toko-toko dan rumah-rumah penduduk.

Alam juga memberi restu. Lihat, disana-sini bunga pohon sepe atau flamboyan mulai mekar dengan warna merah, khasnya. 

Hujan mulai turun, tanah gersang dan pohon yang mulai layu seketika basah dan hidup kembali. Baik alam dan manusia bersua bahagia sambut masa raya Natal.

Di gereja-gereja, memasuki bulan Desember sudah ada banyak program digagas. Panitia Natal mulai dibentuk. Ini adalah gambaran umum masyarakat Kota Kupang di bulan Desember. 

Kendati demikian, ada hal yang perlu dilakukan yakni jangan ciptakan masa Adven seperti masa raya Natal. Mengapa demikian? 

Masa Adven adalah masa awal dari rangkaian tahun gerejawi. Masa Adven dirayakan selama 4 minggu sebelum perayaan Natal.  

Masa Adven harusnya dirayakan dalam kekhusyukan. Masa Adven adalah masa perenungan, membawa kita kembali pada semangat menanti kedatangan Juruselamat. 

Masa ini ada dalam titik tegang sebab ini adalah masa antara, sesudah dan sebelum. Sesudah karena Kristus telah datang beberapa ribu tahun lalu dalam kesederhanaan di Betlehem. 

Sedangkan sebelum karena kita ada dalam penantian akan kedatangan Kristus kembali dalam kemuliaanNya.

Adven tidak boleh dirayakan dengan gempita. Hal ini yang kerap diserukan secara berulang-ulang oleh gereja tapi dinamika di lapangan, di kalangan umat tidak bisa dibendung euforianya.

Lantas, bagaimana seharusnya merayakan Adven? Ester P. Widiasih dengan jeli kemudian menerangkan bahwa :

"Adven itu adalah bagian dari peringatan akan akhir zaman. Dalam masa ini, gereja meragakan harapan eskatologis dalam performa liturgis". (Widiasih, 2022:12)

Jadi melalui kekhusyukan merayakan Adven, kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya menanti kedatangan Kristus. Rayakan seadanya, karena masa Adven adalah masa mawas diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun