Catatan Pengantar
Sabtu, 02 November 2024, pukul 19.30 WITA sampai selesai, debat publik kedua pasangan calon Walikota Kupang 2024-2029 sukses dilaksanakan.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa debat dilaksanakan sebagai upaya menggali lebih dalam dan tajam program kerja atau strategi prioritas kandidat jika nantinya diberi kepercayaan memimpin.
Karena itu, khusus dalam debat kedua kali ini diberi tema besar "Kota Kupang Menuju Smart City dan Green City". Tentu tema debat kedua ini amat menarik dijabarkan oleh tiap paslon.
Tema di atas bagi penulis merupakan representasi dari perkembangan dunia era ini. Pertama, kita berhadapan dengan digitalisasi yang kian masih. Kedua, kita juga berhadapan dengan krisis iklim yang makin parah.
Para pemimpin dirangsang untuk kemudian peka terhadap perkembangan yang ada tetapi juga mampu menyusun strategi jitu dalam penyesuaian sekaligus pencegahan atas bahaya dua isu terkait.
Penjelasan Tema : Suatu Tafsiran Penulis
Seperti yang sudah digambarkan secara ringkas di atas, tema debat kedua ini menarik sebab dia berangkat dari konteks global tetapi juga punya imbas kepada konteks lokal.
Digitalisasi telah merubah tatanan kehidupan manusia era ini. Mustahil jika aktivitas sekarang lepas dari teknologi.Â
Teknologi dimanfaatkan dalam segala bidang, termasuk juga dalam bidang pemerintahan.
Tentu dengan perkembangan ini, ada kemudahan terhadap pelayanan publik karena mayoritas masyarakat telah berpacu untuk beradaptasi dengan perkembangan digital.
Sebagai warga Kota Kupang, penulis mengakui bahwa layanan digital telah ada tetapi dengan catatan bahwa ada juga kendala dalam penyesuaian layanan bersangkutan.Â
Ini tentu menjadi catatan bagi para kandidat. Di lain pihak, isu lingkungan pun harus disoroti.Â
Sampah, misalnya telah menjadi masalah serius di Kota Kupang. Hampir di setiap ruas jalan yang ada di Kota Kupang, pasti ada tumpukkan sampah.
Bukannya tempat sampah dan sarana kebersihan lainnya tidak ada. Sudah ada, tetapi kurang dimaksimalkan oleh masyarakat.Â
Di lain pihak, penggunaan bahan non-organik seperti plastik juga makin tinggi digunakan. Ini baru 1 dari sekian banyak masalah lingkungan.Â
Ada pula akses tempat pariwisata yang katanya menjadi ruang terbuka hijau juga, tapi masih kurang dipoles bahkan dibiarkan terbengkalai.
Para kandidat dipacu untuk bisa melihat semua realitas ini, sambil melakukan "jualan program" kepada masyarakat agar masyarakat bisa memikirkan atau menimbang-nimbang program itu untuk nantinya diputuskan saat pencoblosan.
Adu Gagasan Para Kandidat
Karena debat diadakan untuk mempertajam kualitas program dari para kandidat maka hal ini juga terlihat dalam debat publik paslon Walikota Kupang kedua, malam ini.
Untuk diketahui bahwa kontestasi pilkada Kota Kupang kali ini diikuti oleh 5 paket yakni Paket Asyik (Alexander Foenay & Isyak Nuka), Paket Sahabat (Jonas Salean & Aloysius Sukardan).
Paket Gacor (George Hajdoh & Theodora Taek), Paket Gas (Jefri Riwu Kore & Lusia Lebu Raya-Nurak), serta Paket CSan (Christian Widodo & Serena Francis).
Selama debat berlangsung, mereka ada dalam upaya meyakinkan masyarakat akan apa yang akan mereka lakukan.
Penulis mengamati bahwa semua paslon setuju bahwa untuk Kota Kupang segera menuju Kota yang Pintar dan Bersih.
Untuk tiba pada hal ini maka perlu ada pengembangan sumber daya manusia yang mumpuni.
Cara ini adalah bagian dari pembenahan birokrasi agar dapat menyesuaikan diri dengan layanan digital.Â
Sedangkan terkait isu lingkungan hidup, baik tata ruang kota yang hijau dan pencegahan polusi dan masalah terkait lainnya harus diperhatikan.
Masing-masing kandidat datang dengan tawaran mereka dan tawaran itu bagi penulis nyaris sama, sebagaimana yang baru disinggung dalam bahasan tentang birokrasi dan tata ruang.
Mereka datang dengan inovasi yang ada. Memang pemimpin harus punya inovasi yang relevan dengan perkembangan zaman.Â
Inovasi itu adalah daya pemimpin yang meliputi aspek kognisi, afeksi dan juga attitude.
Nostalgia Kandidat Petahana
Menarik bahwa dalam kontestasi pilkada Kota Kupang kali ini diikuti oleh dua pasangan yang pernah memimpin Kota Kupang secara bergantian.Â
Mereka adalah Jonas Salean (Walikota Kupang 2012-2017) dan Jefri Riwu Kore (Walikota Kupang 2017-2022).
Mereka dua bisa dikatakan sebagai rival dalam pilkada Kota Kupang 4 periode (2007-2012, 2012-2017, 2017-2022, 2024-2029).Â
Keduanya pernah alami kemenangan dan kekalahan. Kini mereka berdua saling tanding kembali.
Dalam debat malam ini, kedua kandidat ini bernostalgia dengan capaian kerja atau prestasi yang mereka torehkan ketika menjabat. Ini terbukti melalui pertanyaan dan sanggahan ketika diberi kesempatan.
Nostalgia itu tidak soal sepanjang apa yang telah mereka lakukan tetap relevan dengan tantangan sekarang lebih spesifik terkait masalah digital dan juga lingkungan hidup.
Hanya saja yang jadi soal dalam debat ini ialah nostalgia itu kerap kali menolak gagasan dari tiga kandidat baru yang ikut dalam kontestasi pilkada Kota Kupang tahun ini.
Apalagi penolakan itu dengan alasan belum punya pengalaman mengelola pemerintahan.Â
Itu gagasan yang kerdil, karena terkesan meremehkan kandidat lain dan bahkan menuding bahwa kandidat petahana lebih mampu.
Jikapun hal itu benar, maka perlu dibeberkan langkah konkret yang kemudian bisa masyarakat nilai dan selanjutnya menjadi referensi untuk menentukan pilihan nantinya.
Catatan Penutup
Pada akhirnya, penulis merasa debat malam ini sudah baik adanya. Suguhan materi dan gagasan telah menjadi referensi bagi penulis untuk menentukan pilihan.
Kami masyarakat menaruh kepercayaan penuh terhadap pada kandidat karena kami yakin para kandidat ini mau bekerja demi memajukan Kota Kupang yang pintar dan hijau. Â
Masih ada debat ketiga atau yang terakhir sebelum pemilihan di tanggal 27 November  yang akan datang. Semoga masyarakat tercerahkan dengan gagasan para calon pemimpin kita. Semoga saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H