Mereka dua bisa dikatakan sebagai rival dalam pilkada Kota Kupang 4 periode (2007-2012, 2012-2017, 2017-2022, 2024-2029).Â
Keduanya pernah alami kemenangan dan kekalahan. Kini mereka berdua saling tanding kembali.
Dalam debat malam ini, kedua kandidat ini bernostalgia dengan capaian kerja atau prestasi yang mereka torehkan ketika menjabat. Ini terbukti melalui pertanyaan dan sanggahan ketika diberi kesempatan.
Nostalgia itu tidak soal sepanjang apa yang telah mereka lakukan tetap relevan dengan tantangan sekarang lebih spesifik terkait masalah digital dan juga lingkungan hidup.
Hanya saja yang jadi soal dalam debat ini ialah nostalgia itu kerap kali menolak gagasan dari tiga kandidat baru yang ikut dalam kontestasi pilkada Kota Kupang tahun ini.
Apalagi penolakan itu dengan alasan belum punya pengalaman mengelola pemerintahan.Â
Itu gagasan yang kerdil, karena terkesan meremehkan kandidat lain dan bahkan menuding bahwa kandidat petahana lebih mampu.
Jikapun hal itu benar, maka perlu dibeberkan langkah konkret yang kemudian bisa masyarakat nilai dan selanjutnya menjadi referensi untuk menentukan pilihan nantinya.
Catatan Penutup
Pada akhirnya, penulis merasa debat malam ini sudah baik adanya. Suguhan materi dan gagasan telah menjadi referensi bagi penulis untuk menentukan pilihan.
Kami masyarakat menaruh kepercayaan penuh terhadap pada kandidat karena kami yakin para kandidat ini mau bekerja demi memajukan Kota Kupang yang pintar dan hijau. Â