Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan, Kami Rindu MengenalMu

10 Juni 2024   19:34 Diperbarui: 10 Juni 2024   19:47 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1. Mengenal sebagai Jalan Masuk Membangun Relasi

Mengenal itu adalah proses yang terjadi seumur hidup. Karena itu, di dalam mengenal, tidak ada kata tuntas. 

Kita juga tidak bisa secara pasti mengatakan bahwa saya bisa memberi gambaran sempurna tentang pribadi seseorang.

Resiko dari mengatakan bahwa pengenalan kita sudah sempurna tentang seseorang yakni kekecewaan. 

Manusia punya kecenderungan berubah dalam sekejap. Kita lalu bertanya, mengapa bisa begitu? Sungguh membingungkan!

Mengenal hanya bisa dimungkinkan apabila ada tindakan interaksi di antara subjek-subjek. 

Sukar rasanya jika dalam upaya mengenal, tidak ada tindakan subjek yang satu membuka dirinya untuk dikenal.

Mengenal itu proses yang tak pernah selesai. Semakin mengenal, semakin kita dibuat penasaran untuk lebih intens lagi mencari tahu tentang diri orang yang akan kita kenal.

2. Allah, Subjek yang Misterius tetapi Mau Membuka Diri untuk Manusia MengenalNya

Mengenal manusia saja sukar, bagaimana kemudian kita harus mengenal Allah? Allah itu misterius tetapi tidak berarti bahwa tidak ada kemungkinan untuk kita dapat mengenal Allah yang kita sembah.

Karena itu, dalam teologi Kristen ada dua model paham di dalam menjelaskan tentang Allah. Dua paham teologi tersebut dikenal dengan istilah teologi katafatik dan apofatik.


Teologi katafatik adalah teologi positif dengan berbagai sapaan khas. Misalnya kita dapat menyapa Dia dengan sebutan Maha Baik, Maha Penyayang, Maha Pengasih dan sebagainya.

Teologi apofatik adalah kebalikan dari teologi katafatik. Allah itu adalah misteri yang tak dapat disingkapkan. 

Segala usaha kita pun sia-sia dalam mengenali Dia. Mau mengenal misteri Allah ibarat masuk ke dalam gua yang penuh kegelapan tanpa ujung.

Kedua paham ini bagi penulis tidak perlu kita pertentangkan. Allah memang adalah misteri tetapi serentak yang datang dan menyingkapkan tentang siapa sesungguhnya diriNya.

3. Allah Tritunggal : Dasar Iman Kristen yang Penuh Misteri

Allah kita itu akbar dan besar di dalam karyaNya. Ia misterius tetapi serentak menawan dalam kemajemukan pribadi.

Kita menyembah satu Allah tetapi Allah orang Kristen itu menyatakan diriNya dalam pribadi yang unik atau khas. 

Ini bukan hasil spekulasi para teolog. Sebaliknya ini merupakan hasil refleksi atas apa yang Alkitab nyatakan.

Istilah Latin yang dipakai untuk menyebut Allah yang berbhineka dalam pribadi itu disebut dengan Una Substantia,
 Tres 
Personae (satu hakikat, tiga pribadi).

Pribadi-pribadi itu kita sapa dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Menjelaskan tentang ketiga pribadi ini pun bisa didekati dengan dua cara penjelasan yakni model penjelasan ontologi dan ekonomis.


Model pertama itu merujuk pada keunikan pribadi masing-masing. Secara ordo, Allah Bapa adalah dasar dari persekutuan Allah Tritunggal. Ia pribadi pertama.

Anak/Putra adalah pribadi kedua. Ia dilahirkan secara kekal oleh Sang Bapa. Kekal itu tidak mengenal waktu. 

Kekal itu tidak bicara tentang masa lalu, masa kini, masa depan. Kekal selalu berkaitan dengan kekinian.

Roh Kudus adalah pribadi ketiga yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak. Ia yang kemudian mengikat Sang Bapa dan Sang Anak dalam suatu relasi atau persekutuan Allah Tritunggal.

Model kedua lebih merujuk pada relasi dalam karya. Apapun yang dilakukan oleh pribadi yang satu juga dilakukan oleh pribadi yang lain.

Misalnya dalam karya penciptaan. Sang Bapa merancang. Rancangan itu terealisasi melalui Firman dan makin menunjukkan prospeknya melalui kuasa Roh Kudus.

Begitu juga mengenai pendamaian. Sang Bapa merancang, Sang Anak merealisasikan dan Roh Kudus membuat manusia insaf akan keberadaan dirinya lalu berjalan menuju keselamatan yang sudah ada.

Ketiganya berelasi dan saling melengkapi. Persekutuan Allah Tritunggal itu adalah persekutuan harmonis. Tidak ada upaya di dalam menjatuhkan satu sama lain.

Rumusan Allah Tritunggal dari paham klasik dijabarkan sebagai berikut. Allah Bapa adalah Allah di atas kita. Allah Putra adalah Allah yang ada di sekitar kita. Allah Roh Kudus adalah Allah di dalam kita.

Menyebut nama Allah selalu membuat kita tunduk dan hormat tetapi serentak menyadarkan kita jika Ia ada bersama dan di dalam kita. 

Dengan begitu, kita beroleh kekuatan di dalam mengimani misteri Allah Tritunggal.

Semua analogi untuk menjelaskan Allah Tritunggal memang akan nihil tetapi bukan berarti bahwa analogi itu salah.

Analogi dipakai hanya untuk mencari aspek kesamaannya saja. Tetapi tulisan ini tidak akan mengulas tentang analogi.


4. Catatan Akhir Mengenal Allah Tritunggal

Mengenal Allah itu keniscayaan iman. Tetapi iman Kristen meyakini bahwa pengenalan akan Allah itu pangkalnya dari Allah sendiri. Allah mewahyukan diriNya. Manusia lalu ada dalam proses mengenal.

Allah yang mewahyukan diriNya itu hadir dalam tiga pribadi, Bapa, Anak & Roh Kudus. Mereka sehakikat tetapi serentak unik dalam pribadi dan tugas. Mereka tidak bertindak sendiri-sendiri.

Bapa bukan Putra dan Roh Kudus. Putra bukan Bapa dan Roh Kudus. Roh Kudus bukan Bapa dan Putra. Kendati begitu, Mereka ada dalam relasi cinta.

Itulah sebabnya persekutuan Allah Tritunggal bisa dibayangkan sebagai tim penari. Mereka ada dalam lingkaran cinta perikoresis (saling merangkul dan meresapi).

Greshake, teolog Jerman lalu berujar, dalam tarian cinta itu, apa yang dimiliki yang satu, juga dimiliki yang lain, apa yang dilaksanakan yang satu, la laksanakan bersama dengan dan di dalam yang lain.

Dengan demikian, di dalam relasi timbal-balik, Mereka secara radikal bersatu, sepenuhnya saling meresapi satu sama lain. Sungguh indah! (Greshake, 2003:31)

Pada akhirnya, mengenal Allah itu harus ada senantiasa. Karenanya, Paulus kemudian berdoa bagi jemaat agar jangan pernah berhenti beriman. Bunyi doanya begini :

"Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah", (Efesus 3:18-19).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun