Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan, Kami Rindu MengenalMu

10 Juni 2024   19:34 Diperbarui: 10 Juni 2024   19:47 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak/Putra adalah pribadi kedua. Ia dilahirkan secara kekal oleh Sang Bapa. Kekal itu tidak mengenal waktu. 

Kekal itu tidak bicara tentang masa lalu, masa kini, masa depan. Kekal selalu berkaitan dengan kekinian.

Roh Kudus adalah pribadi ketiga yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak. Ia yang kemudian mengikat Sang Bapa dan Sang Anak dalam suatu relasi atau persekutuan Allah Tritunggal.

Model kedua lebih merujuk pada relasi dalam karya. Apapun yang dilakukan oleh pribadi yang satu juga dilakukan oleh pribadi yang lain.

Misalnya dalam karya penciptaan. Sang Bapa merancang. Rancangan itu terealisasi melalui Firman dan makin menunjukkan prospeknya melalui kuasa Roh Kudus.

Begitu juga mengenai pendamaian. Sang Bapa merancang, Sang Anak merealisasikan dan Roh Kudus membuat manusia insaf akan keberadaan dirinya lalu berjalan menuju keselamatan yang sudah ada.

Ketiganya berelasi dan saling melengkapi. Persekutuan Allah Tritunggal itu adalah persekutuan harmonis. Tidak ada upaya di dalam menjatuhkan satu sama lain.

Rumusan Allah Tritunggal dari paham klasik dijabarkan sebagai berikut. Allah Bapa adalah Allah di atas kita. Allah Putra adalah Allah yang ada di sekitar kita. Allah Roh Kudus adalah Allah di dalam kita.

Menyebut nama Allah selalu membuat kita tunduk dan hormat tetapi serentak menyadarkan kita jika Ia ada bersama dan di dalam kita. 

Dengan begitu, kita beroleh kekuatan di dalam mengimani misteri Allah Tritunggal.

Semua analogi untuk menjelaskan Allah Tritunggal memang akan nihil tetapi bukan berarti bahwa analogi itu salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun