Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Mungkinkah Manusia Hidup Tanpa Teknologi?

31 Mei 2024   21:46 Diperbarui: 1 Juni 2024   12:52 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Berita yang tersiar di media sosial juga belum tentu benar-benar tervalidasi. Itulah sebabnya kemudahan mengakses informasi juga punya dampak buruk yakni meningkatnya berita hoax. 

Orang lalu menaruh curiga. Orang lalu hidup dalam sentimen-sentimen. Kondisi ini bisa memperkeruh suasana di dunia nyata. Sungguh ini ironi!

Kalau begitu, kita bisa berkesimpulan bahwa teknologi itu perlu dan amat dibutuhkan manusia tetapi manusia sebagai subjek yang menggunakan perlu juga menggunakannya secara arif. 

3. Menuju Masyarakat Homo Digitalis

Homo Digitalis merupakan suatu sapaan yang disematkan pada masyarakat abad 21 yang telah mengidentifikasi dirinya sebagai masyarakat digital. 

Di Indonesia, gagasan tentang Homo Digitalis ini menjadi makin familiar ketika seorang filsuf Indonesia bernama Fransisco Budi Hardiman mengemukakan istilah ini dalam bukunya yang berjudul "Aku Klik Maka Aku Ada".

Homo Digitalis itu adalah masyarakat khas abad 21 ini. Homo Digitalis sejatinya menjadi suatu cerminan dimana manusia seperti hanya bisa bereksistensi melalui media atau tindakan digital. (Hardiman, 2021 : 39)

Bagaimana menjelaskannya secara sederhana? Lihat baik-baik lingkungan kita sekarang. Seseorang bisa saja jarang berkomunikasi secara fisik tetapi aktif berselancar di dunia maya. 

Untuk memastikan seseorang itu masih eksis, kita dapat mengetahui melalui chatting atau postingan yang ia upload dalam bentuk selfie. Dari sini kita bisa bilang bahwa oh ternyata dia masih hidup. (Hardiman, 40).

Dunia kita sekarang dikuasai oleh layar dan gerak jari-jemari kita. Jemari kita lebih aktif dibanding dengan daya nalar kita. 

Begitu juga dengan ilmu pengetahuan, kini ditransmisikan ke dalam media digital. Itulah yang sekarang kita sebut dengan Artificial Intelligence. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun