Pengantar
Mari kita amati bersama bahwa ternyata orang NTT pada umumnya hidup dengan  mengedepankan kebersamaan.Â
Ini berarti bahwa kita sadar bahwa kita ini adalah makhluk sosial. Kehadiran sesama itu kita perlukan.Â
Banyak contoh yang bisa kita berikan. Seperti, jika ada anak wisuda, kita bilang tidak ada acara tapi hanya doa keluarga.Â
Kita lalu undang beberapa tetangga, kenalan dan keluarga untuk ada dalam rasa bahagia dengan kita.Â
Contoh lain ialah ada pada kehidupan rumah tangga kita. Kita akan merasakan kesepian apabila anggota rumah tangga yang lain tidak ada dengan kita.Â
Kehadiran anggota keluarga  hang lain menjadi penyokong dan penyemangat bagi kekuatan bagi kita.Â
Pendalaman Teks
Bacaan kita saat ini juga memperlihatkan sisi kebersamaan. Memang bagian ini adalah doa Yesus bagi murid-Nya.Â
Yesus tahu bahwa secara ragawi, Ia tidak selamanya ada bersama dengan murid-murid. Ia akan pergi.Â
Murid-murid akan seperti anak yatim-piatu. Mereka kehilangan orang tua, guru, dan sahabat terbaik.Â
Yesus tidak ingin kepergiannya itu kemudian membuat para murid hidup sendiri-sendiri. Ia tetap mau agar para murid hidup bersama.Â
Tentu, ini penting supaya tugas bersaksi tentang namaNya itu tetap berlanjut. Para murid akan diberikan tugas ini.Â
Yesus mempersiapkan mereka sejak jauh hari. Yesus juga tidak berdoa untuk kebersamaan mereka, tetapi juga meminta pada Bapa agar kuasa jahat jangan masuk dan menguasai para murid.Â
Bisa kita tafsir kuasa jahat itu dengan upaya mengedepankan kepentingan diri sendiri.Â
Kalau mau tetap memastikan bahwa persekutuan itu aman dan tugas kesaksian itu berjalan lancar maka budaya hidup saling menjatuhkan, menyindir itu harus dijauhkan. Dengan demikian, persatuan itu terus terawat.Â
Pesan Teks
Dari bacaan ini kita belajar bahwa hidup dalam persatuan itu sesungguhnya indah. Dari situ, akan tumbuh rasa saling peduli dan memiliki.Â
Yesus berdoa untuk kesatuan para murid karena memang Ia telah menyatu dengan mereka dalam jangka waktu 3 tahun lebih. Ia tidak ingin setelah Ia pergi, murid-murid lupa pada sesama.Â
Perbedaan itu indah. Tetapi punya potensi merusak persekutuan. Hanya rasa saling memiliki dan persaudaraan yang mampu mengatasi potensi merusak itu.Â
Kita suka menari bersama, kita suka bikin acara lalu undang orang merasakan sukacita bersama, kita suka duduk bersama, itu baik untuk merawat persekutuan.Â
Tetapi kita juga harus catat bahwa duduk bersama, cerita bersama juga bisa mengacaukan persekutuan kalau yang dibicarakan itu tentang keburukan orang. Kita hindari ini.Â
Sebaliknya, kita jaga dan rawat yang baik dari budaya hidup bersama. Yesus lalu tersenyum karena anak-anakNya ternyata hidup dalam persatuan. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H