Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Satu dalam Balutan Budaya

18 Mei 2024   22:12 Diperbarui: 18 Mei 2024   22:25 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Mei sesuai dengan kalender gerejawi di Gereja Masehi Injili di Timor ditetapkan sebagai Bulan Budaya. 

Karena itu, jangan heran kalau sepanjang bulan Mei, liturgi ibadah didesain sedemikian rupa menggunakan konsep budaya. 

Baik narasi dalam panggilan beribadah, pengakuan dosa, pengakuan iman, atau juga lagu-lagu semuanya dikemas dalam nuansa budaya. 

Jemaat yang datang dalam ibadah juga akan menggunakan pakaian adat. Semuanya bergembira. Orang-orang di NTT merasa bahwa gereja tidak diskriminatif terhadap budaya. 

Penulis pun melihat bahwa penetapan bulan Mei sebagai Bulan Budaya juga bermakna GMIT sadar tentang konteks dimana ia ada dan bersaksi. 

Budaya juga adalah sarana bagi GMIT memberitakan nilai-nilai Kristiani. Ambil contoh, di NTT hampir semua tarian dari suku-sukunya selalu ada dalam lingkaran kebersamaan. 

Tarian kebersamaan itu dalam istilah Orang Timor disebut dengan Bonet. Orang Alor menyebutnya Lego-Lego. Orang Sabu menggunakan istilah Padoa. Orang Rote menyebutnya Kebalai. 

Umumnya tarian ini membentuk lingkaran untuk serentak menari. Ada pesan dibalik tarian ini yakni  pentingnya merawat persatuan. 

Semua menyatu dalam satu hentakan irama lagu dan tarian. Semua merasa saling memiliki ketika tangan yang satu memegang yang lain dalam lingkaran bersama itu. 

Rasa saling memiliki ini yang penulis dapatkan pada hari ini (18 Mei 2024) ketika bersama 3 orang rekan mengunjungi 2 Rayon di Jemaat Imanuel Oepura (Rayon 5 dan 19) yang bersepakat mengikuti kegiatan Taman Budaya. 

Untuk diketahui bahwa kegiatan ini digagas oleh Panitia Hari Raya Gereja Jemaat Imanuel untuk meningkatkan rasa cinta jemaat akan budayanya. 

Di Rayon 5, kami menari Bonet bersama. Di Rayon 19, kami ada dalam lingkaran Kebalai. Kami semua ada dalam penyatuan. 

Baik orang tua, anak-anak, perempuan, laki-laki, hanyut dalam sukacita bersama. Semua wajah penuh senyum. 

Selain itu, di Rayon 5, kami juga berkesempatan masuk ke dalam miniatur Ume Kbubu. Ume Kbubu adalah rumah tradisional orang-orang Timor untuk menaruh hulu-hasil. 

Ume Kbubu juga merupakan simbol kepercayaan orang-orang Timor bagi perempuan untuk mengelola seluruh hasil yang dipanen di ladang. 

Akhir kebersamaan itu kami tandai dengan makan bersama. Ini juga adalah bagian dari merawat persekutuan. 

Makan bersama juga tanda bahwa orang-orang NTT pada umumnya mau supaya kebahagiaan itu dirasakan semua orang. 

Biar kami hidup di negeri yang tandus, tetapi pisang, jagung, labu, kacang dan hasil ladang lainnya itu cukup membuat kami bersyukur. 

Ekspresi budaya ini adalah ekspresi cinta. Kami mau terus merawat kebersamaan itu di tengah-tengah bergulirnya ancaman individualisme. Kami berusaha untuk tetap saling peduli dan memerhatikan. 

Kami mau mengimplementasikan doa Yesus menurut Yohanes 17:21, "supaya mereka menjadi satu". Kami sebagai gereja berdoa agar kekuatan Pentakosta yang akan kami rayakan (19 Mei 2024) benar-benar menyatukan kami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun