Mohon tunggu...
Garis Puisi
Garis Puisi Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menembus cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Harmonia dalam Menguatkan Panggilan Hidup Membiara Calon Imam

1 Januari 2024   12:52 Diperbarui: 1 Januari 2024   13:57 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh : APOLONARIS FEBRIANO SAVIO  MEDO

Harmonia berasal dari Bahasa Yunani, sama halnya dengan kata harmonis atau kebersamaan, yang berarti terikat secara serasi/sesuai. Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa, hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. (dilansir dari id.m.wikipedia.org). 

Dari pengertian tersebut kebersamaan memilki arti yang begitu besar ketika dikaitkan dengan konteks panggilan seorang calon imam. Dengan kebersamaan ini juga, mampu mengubah paradigma setiap orang dalam menggapai suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Karena pada prinsipnya bahwa seseorang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Sedangkan, panggilan dalam konteks calon imam adalah suatu hal yang begitu luhur dan mulia adanya, karena tidak semua orang dipanggil oleh Tuhan untuk bekerja di ladang-Nya. Panggilan kemudian ditanamkan dalam diri setiap individu, tentu membutuhkan tanggung jawab yang begitu dalam dan harus dijaga serta dirawat agar menjawabi panggilan Tuhan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang Tuhan rencanakan.

Dari penjelasan definisi di atas harmonia dan panggilan memiliki korelasi dan relevansi yang begitu erat terutama dalam menjawabi panggilan Tuhan sebagai calon imam. 

Dalam konteks pendidikan calon imam hal yang menjadi esensial adalah selain mewujudkan apa yang dijalani panggilan hidup secara pribadi, tentu juga membutuhkan pentingnya hidup kebersamaan. Dengan kata lain, keduanya saling seimbang dan harus berjalan secara bersamaan. Kebersamaan ini, tentu banyak ditemukan dalam kehidupan. Terlebih khusus hidup kebersaman dalam komunitas. Hidup dalam komunitas menjadi tolok ukur dalam memfasilitasi bagi para calon imam untuk melatih dalam menjawabi panggilan Tuhan. Hidup berkomunitas adalah identitas bagi calon imam yang saat ini sedang dijalani. Dalam komunitas inilah banyak hal yang ditemukan dalam menumbuhkan benih-benih panggilan hidup membiara. Seperti hidup bersolidaritas dalam komunitas, hidup spiritualtas rohani dalam komunitas dan hidup berkolaborasi dalam komunitas.

Hidup bersolidaritas dalam komunitas.

Baca juga: Sorotan Matamu

Hidup bersolidaritas merupakan kesetiakawanan dalam kehidupan bersama. Kesetiakawanan yang dimaksud adalah ketika seorang teman komunitas mengalami suatu kendala di situlah hidup bersolidaritas itu muncul. Hidup bersolidaritas sebagaimana bisa berbaur dan berinteraksi dalam menapaki tujuan hidup bersama. Itulah yang menjadi identitas kehidupan berkomunitas. Nah, dari sini kita bisa mengetahui bahwa hidup bersolidaritas adalah hal yang menjadi esensi bagi setiap para calon imam. Kebersamaan dalam hal berkomunitas ini lebih menyudutkan ke arah yang lebih baik. Tidak semua orang itu dapat hidup bersolidaritas dalam mencapai tujuan hidup bersama. Seperti kendala atau kesulitan yang menjadi acuan untuk saling berkomunikasi dalam mencari solusi. Dalam hidup berkomunitas, tentunya penting sekali hidup bersolidaritas. Saling bersolidaritas itu adalah kunci bagi setiap orang untuk mengintrospeksi diri apakah saya makhluk individu atau makhluk sosial? Tentu jawabanya adalah homo socialae (makhluk sosial), yang selalu membutuhkan orang lain.

Hemat saya secara personal, bersolidaritas dalam komunitas itu penting melihat fenomena para calon imam sebelumnya yang hanya mementingkan diri sendiri dibandingkan teman sebagai sandaran untuk berinteraksi. Namun, mereka tidak tahu apa yang terjadi dibalik semuanya itu. Tentu semuanya akan mengalami kesulitan dalam hidup. Meskipun saat ini masih berjalan begitu mulus, tetapi waktulah yang akan merubah semuanya itu bahwa ada tantangan yang akan dihadapi dalam dinamika kehidupan selanjutnya.

Sebagai contoh realitas kehidupan bersolidaritas adalah fenomena kedukaan. Beberapa hari yang lalu, di lembaga pendidikan Seminari KPA St. Paulus Mataloko tepatnya pada hari  (Minggu, 26/11/2023), seorang teman seminaris asal Papua bernama Juvens Horokubun mengalami kedukaan, yaitu ayahnya meninggal dunia. Tentu, dalam hidup berkomunitas sebagai saudara, duka yang dia alami adalah duka komunitas juga. 

Dari sini, menimbulkan pertanyaan yaitu bagaimana kita menyikapi duka ini? Jawabannya ialah melalui doa bagi saudara Juvens beserta keluarganya yang ditinggalkan agar diberi rahmat keikhlasan atas kepergian ayahnya. Bahkan, Rektor Seminari pun berkata demikian "duka yang dialami saudara kita Juven adalah duka kita semua, lalu bagaimana kita menyikapinya sebagai ungkapan rasa duka ini? Tentu doalah yang kita utamakan, dan juga kita wajib memberi donasi sebagai ungkapan wujudnyata dalam meringankan kedukaannya. Tetapi, tidak dituntut seberapa besar yang kamu berdonasi intinya ikhlas dari hati. Karena prinsipnya hari ini adalah dukanya, mungkin besok kita punya." (Senin, 27/11/2023). 

Hal tersebut merupakan salah satu bentuk inspiratif dalam hal bersolidaritas, bahwa itulah yang sebenarnya hidup berkomunitas, serta pentingnya hidup bersolidaritas untuk meringankan suatu kesulitan yang dialami oleh seseorang. Maka dari itu, penting sekali saling bersolidaritas antarsesama dalam hidup. Hidup yang sesungguhnya adalah ungkapan hidup saling berbagi. Entah itu ungkapan lahiriah maupun ungkapan batiniah. Ungkapan lahiriah ini seperti sesuatu yang berwujud nyata, walaupun hanya kecil tetapi berharga bagi orang lain. Sedangkan ungkapan batiniah adalah mengungkapkannya lewat hati seperti doa.

Dalam kacamata pribadi saya, melihat kisah inspiratif bersolidaritas tersebut mampu menyikapi dan membantu adalah hal yang begitu positif adanya. Karena pada prinsipnya berbuat baik yang begitu tulus dari hati akan mendapatkan pahala yang begitu besar. Tentu tidak semua orang selalu melakukan hal itu, melainkan selalu membiarkan orang lain mengalami kedukaannya sendiri. Tetapi kebersamaan dalam komunitas langkah solutif yang tepat adalah bersolidaritas. Memang mereka tidak memiliki hubungan darah apapun, namun sesungguhnya manusia adalah ciptaan Tuhan, yang saling melengkapi. (bdk. 1 Kor 12:18). Dari bersolidaritas ini pula, segala sesuatu harus ditanggung untuk mengurangi apa yang menjadi kesulitan orang lain.

Hidup Spiritualitas Rohani Dalam Komunitas

Secara umum, spiritualitas merupakan  satu hal yang menjadi basis dalam diri setiap individu, sehingga bisa melihat seperti apa kualitas diri yang sesungguhnya. Spiritualitas ini lebih dicondongkan terhadap kegiatan yang bersifat rohani pribadi. Dari semangat rohani ini muncul spiritualitas dalam kebersamaan selama berada dalam komunitas. 

Dalam konteks pendidikan calon imam hal yang menjadi fokus utama adalah spiritualitas rohani yang harus dikembangkan, karena ini sangat berpengaruh dengan relevansinya bagi para calon imam. Calon imam sebaiknya memilki spiritualitas rohani yang begitu kompleks agar mampu menguatkan iman serta harapan yang sudah ditanamkan dalam diri setiap individu. Panggilan untuk hidup membiara semuanya tidak terluput dari yang namanya spiritualitas rohani.

Banyak orang yang selalu berasumsi bahwa, percuma hidup membiara tetapi kehidupan spiritualitas rohaninya masih minim. Tentu hal ini menjadi catatan besar yang begitu mendalam untuk direfleksikan bagi para calon imam. Karena dalam hidup berkomunitas hal yang paling mendasar ialah spiritualitas rohaninya yang dimiliki. Bukan hanya menjadi lambang dalam panggilan hidup membiara. Dalam hidup berkomunitas di situlah seorang calon imam mulai belajar dan terus belajar seperti apa itu spiritualitas rohani. Banyak hal yang menjadi semangat bagi seorang calon imam dalam belajar berspiritualitas adalah mengikuti segala alur tentang kehidupan rohani dalam komunitas. 

Selain itu, dalam hidup penuh kebersammaan tentu dalam hidup bersama muncul berbagai praktik yang begitu mendalam. Mulai dari hal berdoa, berkatekese dengan sesama, sharing panggilan hidup antarsesama, serta selalu membuat refleksi dalam pribadi. Dari berbagai praktik kegiatan rohani ini tentu akan menemukan fondasi yang kuat dalam menumbuhkan spiritualitas rohani.

Hemat saya terkait asumsi orang luar terhadap minimnya kehidupan spiritualitas rohani calon imam, bukanlah asumsi yang baik adanya. Karena prinsipnya kembali kepada setiap individu. Belum tentu selalu menunjukkan spiritualitas rohaninya, kadangkala selalu menutupi. Sesungguhnya bahwa orang yang selalu menunjukkan spiritualitas rohaninya, belum tentu baik isi hatinya. Begitupun sebaliknya orang menutupi spiritualitas rohaninya namun isi hatinya baik itulah komitmen dasar yang sesungguhnya dalam hidup spiritualitas rohani, dan juga dapat memengaruhi umat.

Kembali kepada forum komunitas bahwa dalam kehidupan bersama di dalamnya sebagai tempat untuk saling berinteraksi, saling berbagi, serta menuntun satu sama lain untuk tujuan yang begitu mulia, yakni saling menuntun hal-hal yang menyangkut spiritualitas rohani. Dari belajar bersama inilah spiritualitas rohaninya akan meningkat. Sebagai calon imam tentu akan memetik buah-buah rohani dalam hidup bersama kemudian menumbuhkan serta mengembangkan spiritualitas rohaninya di tengah umat. Sehingga dari sini, seorang calon imam tidak akan merasa kekurangan, ketika berada di tengah-tengah umat. Ada begitu banyak cara yang ditemukan dalam hidup berkomunitas salah satunya adalah mengungkapkan diri dalam semangat atau roh yang selalu menitik beratkan pola hidup yang sesungguhnya. Dengan pola hidup ini, jika diatur tidak akan kesulitan untuk beradaptasi bersama umat dalam menjalani spiritualitas rohani.

Hidup Berkolaborasi di dalam Komunitas

Berkolaborasi artinya bekerja sama dari berbagai pihak, baik secara individu maupun individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok (komunitas). Tentu tujuannya untuk mencapai target yang direncanakan sebelumnya. Berkolaborasi menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Karena selalu berkomunikasi dengan sesama dalam suatu tujuan yang positif. Banyak orang yang kehidupannya sukses karena saling berkolaborasi. Bahkan negara pun selalu berkolaborasi antarnegara dengan tujuan membawa suatu negara ke arah kemajuan (progress). Dari sini kita bisa mengetahui pentingnya berkolaborasi.

Dalam konteks pendidikan calon imam, berkolaborasi sebaiknya diimplementasikan di lembaga pendidikan seminari. Mengapa? Karena kembali kepada tujuan hidup berkomunitas. Artinya, komunitas menitikberatkan hidup saling bekerja sama, dengan tujuan yang bersifat positif. Sehingga suatu hal yang sudah di fokuskan dapat tercapai. Tercapainya suatu panggilan dari seorang calon imam tidak luput dari kebersaman berkolaborasi dari berbagai pihak, terutama dalam hidup berkomunitas. 

Pentingnya berkolaborasi dapat membangun kualitas pribadi calon imam dalam naungan komunitas harus memiliki komitmen untuk bisa merenovasi terhadap inovasi baru yang akan di jalani selanjutnya. Dengan berkolaborasi segala inovasi baru yang akan dihadapi dapat diatasi dalam mengurangi segala kekurangan yan ada. Untuk itu kerja sama menjadi hal terpenting bahkan menjadi hal fundamental, bagi pribadi calon imam yang notabene hidup kebersamaan dalam komunitas. Menanggapi berkolaborasi ini tentu dari setiap pihak memiliki afektif yang begitu dalam, untuk dijadikan bahan acuan untuk membangun kehidupan orang lain yang memiliki kekurangan. Tentu sebagai teman komunitas saling berkolaborasi menjadi senjata yang begitu ampuh untuk mengubah hal atau masalah yang dialami pribadi yang berkekurangan.

Dalam hal ini, seorang siswa seminari bernama Rolantinus Sudirman asal Manggarai berasumsi bahwa "jika kami tidak saling berkolaborasi antarsesama, maka kami bukanlah komunitas melainkan individualitas yang ada, dan juga bila kami dalam seangkatan semuanya memiliki catatan yang tidak baik oleh para formator, berarti kami tidak saling menyukseskan panggilan hidup secara bersamaan." (Rabu, 29/11/2023). Asumsi tersebut menjadi patokan kemudian untuk dipelajari dalam komunitas. Karena sesungguhnya manusia itu adalah homo socialae yang saling bergantungan dan selalu mengarahkan ke bonum communae (kebaikan bersama), bukan sikap individualisme.

Bonum communae juga menjadi tujuan utama dalam hidup berkomunitas. Tujuannya adalah menguatkan kehidupan setiap orang untuk saling berpegang teguh pada prinsip bonum communae. Sehingga kerapkali dalam suatu komunitas itu tidak ada yang namanya hambatan atau kesulitan apapun dalam setiap dinamika perjalanan hidup, terutama dalam menjawabi panggilan Tuhan. Menjawabi panggilan Tuhan bukanlah hal yang mudah atau hanya dianggap sebelah mata, tentu membutuhkan kebersamaan dalam hal berkolaborasi.

Dalam formatio panggilan hidup dalam komunitas tidak luput dari yang namanya harmonia (kebersamaan). Harmonia dalam menguatkan panggilan hidup seseorang adalah suatu hal yang menjadi fundamental dalam memupuki benih-benih panggilan hidup membiara bagi para calon imam. Dengan harmonia ini segala bentuk apapun perjalanan hidup pasti langkah solutif yang tepat adalah berjalan bersama mencapai tujuan hidup yang lebih baik. 

Harmonia ini ditemukan dalam hidup berkomunitas, terutama di lembaga pendidikan seminari. Tentu banyak hal yang ditemukan di dalamnya yakni bersolidaritas dalam hal simpatik terhadap orang lain yang membutuhkan, spiritualitas rohani dalam buah-buah rohani yang dipetik, dan hdup berkolaborasi dalam membangun kehidupan bersama menuju bonum communae. 

Peran serta fungsi dari komunitas itu sendiri adalah saling menapaki dan memupuki benih-benih panggilan hidup membiara calon imam. Oleh sebab itu, pentingnya hidup kebersamaan dalam komunitas, karena prinsipnya homo socialae, yakni saling bergantungan dan saling melengkapi satu sama lain.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun