Mohon tunggu...
Garis Puisi
Garis Puisi Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menembus cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Harmonia dalam Menguatkan Panggilan Hidup Membiara Calon Imam

1 Januari 2024   12:52 Diperbarui: 1 Januari 2024   13:57 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam kacamata pribadi saya, melihat kisah inspiratif bersolidaritas tersebut mampu menyikapi dan membantu adalah hal yang begitu positif adanya. Karena pada prinsipnya berbuat baik yang begitu tulus dari hati akan mendapatkan pahala yang begitu besar. Tentu tidak semua orang selalu melakukan hal itu, melainkan selalu membiarkan orang lain mengalami kedukaannya sendiri. Tetapi kebersamaan dalam komunitas langkah solutif yang tepat adalah bersolidaritas. Memang mereka tidak memiliki hubungan darah apapun, namun sesungguhnya manusia adalah ciptaan Tuhan, yang saling melengkapi. (bdk. 1 Kor 12:18). Dari bersolidaritas ini pula, segala sesuatu harus ditanggung untuk mengurangi apa yang menjadi kesulitan orang lain.

Hidup Spiritualitas Rohani Dalam Komunitas

Secara umum, spiritualitas merupakan  satu hal yang menjadi basis dalam diri setiap individu, sehingga bisa melihat seperti apa kualitas diri yang sesungguhnya. Spiritualitas ini lebih dicondongkan terhadap kegiatan yang bersifat rohani pribadi. Dari semangat rohani ini muncul spiritualitas dalam kebersamaan selama berada dalam komunitas. 

Dalam konteks pendidikan calon imam hal yang menjadi fokus utama adalah spiritualitas rohani yang harus dikembangkan, karena ini sangat berpengaruh dengan relevansinya bagi para calon imam. Calon imam sebaiknya memilki spiritualitas rohani yang begitu kompleks agar mampu menguatkan iman serta harapan yang sudah ditanamkan dalam diri setiap individu. Panggilan untuk hidup membiara semuanya tidak terluput dari yang namanya spiritualitas rohani.

Banyak orang yang selalu berasumsi bahwa, percuma hidup membiara tetapi kehidupan spiritualitas rohaninya masih minim. Tentu hal ini menjadi catatan besar yang begitu mendalam untuk direfleksikan bagi para calon imam. Karena dalam hidup berkomunitas hal yang paling mendasar ialah spiritualitas rohaninya yang dimiliki. Bukan hanya menjadi lambang dalam panggilan hidup membiara. Dalam hidup berkomunitas di situlah seorang calon imam mulai belajar dan terus belajar seperti apa itu spiritualitas rohani. Banyak hal yang menjadi semangat bagi seorang calon imam dalam belajar berspiritualitas adalah mengikuti segala alur tentang kehidupan rohani dalam komunitas. 

Selain itu, dalam hidup penuh kebersammaan tentu dalam hidup bersama muncul berbagai praktik yang begitu mendalam. Mulai dari hal berdoa, berkatekese dengan sesama, sharing panggilan hidup antarsesama, serta selalu membuat refleksi dalam pribadi. Dari berbagai praktik kegiatan rohani ini tentu akan menemukan fondasi yang kuat dalam menumbuhkan spiritualitas rohani.

Hemat saya terkait asumsi orang luar terhadap minimnya kehidupan spiritualitas rohani calon imam, bukanlah asumsi yang baik adanya. Karena prinsipnya kembali kepada setiap individu. Belum tentu selalu menunjukkan spiritualitas rohaninya, kadangkala selalu menutupi. Sesungguhnya bahwa orang yang selalu menunjukkan spiritualitas rohaninya, belum tentu baik isi hatinya. Begitupun sebaliknya orang menutupi spiritualitas rohaninya namun isi hatinya baik itulah komitmen dasar yang sesungguhnya dalam hidup spiritualitas rohani, dan juga dapat memengaruhi umat.

Kembali kepada forum komunitas bahwa dalam kehidupan bersama di dalamnya sebagai tempat untuk saling berinteraksi, saling berbagi, serta menuntun satu sama lain untuk tujuan yang begitu mulia, yakni saling menuntun hal-hal yang menyangkut spiritualitas rohani. Dari belajar bersama inilah spiritualitas rohaninya akan meningkat. Sebagai calon imam tentu akan memetik buah-buah rohani dalam hidup bersama kemudian menumbuhkan serta mengembangkan spiritualitas rohaninya di tengah umat. Sehingga dari sini, seorang calon imam tidak akan merasa kekurangan, ketika berada di tengah-tengah umat. Ada begitu banyak cara yang ditemukan dalam hidup berkomunitas salah satunya adalah mengungkapkan diri dalam semangat atau roh yang selalu menitik beratkan pola hidup yang sesungguhnya. Dengan pola hidup ini, jika diatur tidak akan kesulitan untuk beradaptasi bersama umat dalam menjalani spiritualitas rohani.

Hidup Berkolaborasi di dalam Komunitas

Berkolaborasi artinya bekerja sama dari berbagai pihak, baik secara individu maupun individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok (komunitas). Tentu tujuannya untuk mencapai target yang direncanakan sebelumnya. Berkolaborasi menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Karena selalu berkomunikasi dengan sesama dalam suatu tujuan yang positif. Banyak orang yang kehidupannya sukses karena saling berkolaborasi. Bahkan negara pun selalu berkolaborasi antarnegara dengan tujuan membawa suatu negara ke arah kemajuan (progress). Dari sini kita bisa mengetahui pentingnya berkolaborasi.

Dalam konteks pendidikan calon imam, berkolaborasi sebaiknya diimplementasikan di lembaga pendidikan seminari. Mengapa? Karena kembali kepada tujuan hidup berkomunitas. Artinya, komunitas menitikberatkan hidup saling bekerja sama, dengan tujuan yang bersifat positif. Sehingga suatu hal yang sudah di fokuskan dapat tercapai. Tercapainya suatu panggilan dari seorang calon imam tidak luput dari kebersaman berkolaborasi dari berbagai pihak, terutama dalam hidup berkomunitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun