“Kalau isu yang saya pilih itu menjatuhkan satu pihak tertentu, gimana? Bahaya nggak?”
“Bisa diatur juga mas. Kalau soal bahaya atau tidaknya, ada asuransi kok.”
Rapi juga mainnya si orang tur ini, batinku. Sampai-sampai proteksi asuransi saja sudah disediakan.
“Kalau seandainya saya maunya cuma jadi peserta demo, bukan yang mimpin, jadi saya dan istri berbaur saja gitu, ikutan teriak-teriak saja tanpa diketahui kalau sebenarnya saya dalangnya, bisa juga kan?”
Si yang punya tur terkekeh.
“Banyak kok mas yang begitu. Mau lempar batu sembunyi tangan kan? Bisa diatur juga mas. Nanti akan saya sediakan orator ulungnya, yang buat mimpindemonstrasinya. Mas dan mbak tinggal merasakan pengalaman real-lifenya saja bagaimana enaknya demonstrasi, menyampaikan pendapat ugal-ugalan, tanpa harus bertanggung jawab atas apa yang disampaikan.”
Aku dan istri berpandangan. Tanpa butuh kontak dengan kata, kami tahu kami saling setuju dengan ide demonstrasi yang dipersonalisasi sesuai kebutuhan ini.
***
“Pa, lihat deh, itu tuh pa, kita masuk televisi!”
Sesuai dengan yang dijanjikan oleh pihak tur, malamnya aksi demo kami langsung dimuat di semua acara berita di masing-masing stasiun televisi nasional. Perlu diketahui, kustomisasi demo ini sifatnya sangat mendetail. Bukan cuma topik demo, jumlah massa, dan hal-hal besar yang sudah diterangkan oleh si penyedia tur tadi yang bisa ditentukan oleh kita pelanggannya, tapi sampai ke hal-hal kecil seperti berapa lama durasi penayangan demo kita mau disiarkan di televisi, berapa lama muka kita si pelanggannya mau disorot, sampai dengan teks berita yang dibacakan oleh news anchor dan teks yang ada di running text di pojok bawah televisi pun juga ditentukan oleh aku dan istri. Semua mekanisme yang berjalan berkaitan dengan demo rancangan kami, sudah diatur dari jauh hari sebelum demo itu berlangsung.
“Aku mau ambil satu paket demo lagi sebelum pulang ke kampung halaman, pa.”