Mohon tunggu...
Masrokhin
Masrokhin Mohon Tunggu... Dosen - Traveler yang meminati mazhab Geertzian

Memenuhi perintah belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keyakinan Mutlak dan Ketaatan Paripurna

14 September 2019   11:34 Diperbarui: 14 September 2019   11:42 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Ibrahim yang meninggalkan istri dan anak bayinya di tengah gurun pasir tanpa menengok lagi ke belakang saat pergi, menunjuk betapa keyakinan atas Tuhannya tak terbantahkan. 

Begitu pun saat Hajar mendapati jawaban bahwa apa yang dilakukan Ibrahim adalah perintah Tuhan saat bertanya aaallah amarona bihadza, benarkah Tuhan yang memerintahkan ini ? Anggukan Ibrahim memicu Hajar untuk berkata "Yah, budhalo, nek iku pancen perintahe gusti Allah. Allah pasti tidak akan membiarkan kita tersia-sia. Subhanallah, tegar sekali jiwa Ibu Hajar sebagai seorang istri; kuat sekali sekali keyakinan Ibu Hajar sebagai seorang hamba.

Ibrahim, seorang bapak yang taat sangat kepada Allah, dan Ibu Hajar yang yakin sekali kepada Allah, menjadi salah satu penyebab penting lahir dan tumbuh berkembangnya seorang anak shaleh, taat, dan beriman yang luar biasa. Bagaimana orang tua adalah sangat menentukan bagaimana anaknya. Ini adalah kaidah umum. Tentu saja ada beberapa kasus sebagai pengecualian.

Di sisi lain, nabi Ibrahim dididik dan dibesarkan oleh orang tua yang gagal menemukan alasan beriman kepada Allah sebagai tuhan. Ibrahim, setelah dewasa, sudah sangat sabar dan telaten selalu mengajak kepada kebenaran. 

Bukannya menerima, Azar malah ikut makar mempersiapkan kayu bakar untuk membakar hidup-hidup sang Nabi. Meskipun dia telah mengasuhnya dari sejak bayi.

Kita bisa mengambil hikmah dari sini. Bahwa ada skenario Allah yang jalan ceritanya tidak bisa diatur awalnya, dan tak dapat dipastikan endingnya. Allah adalah pemegang kendali bagi semuanya. 

Maka, kita tidak boleh selalu mengolok-olok masa lalu yang kelabu dan tidak boleh putus asa berharap kebaikan-kebaikan di masa depan. Masa kini adalah masa terbaik untuk berbuat yang terbaik agar mendapatkan pertolongan dan ampunan di masa depan.

Allah akbar wa lillahil hamd...

Zaman yang akan dihadapi oleh anak-anak kita tidak sama dengan zaman kita. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka kelak. Do'a orang tua menjadi salah satu kata kunci. Sebagai orang tua, meneladani nabiyullah Ibrahim, mendo'akan anak-cucunya menjadi keniscayaan. Dan begitulah seharusnya menjadi orang tua. Memberi makan-minum adalah hal biasa, karena semua induk binatang pun begitu. 

Bahkan burung sudi memuntahkan kembali makanan yang telah ditelannya, demi sang anak. Anak-anak, tidak cukup hanya disekolahkan, diisi ilmu saja. Tapi juga harus aktif didoakan. Orang tua harus aktif mendo'akan. Seperti nabiyullah Ibrahim. Watak tiap anak berbeda-beda. 

Meskipun ayah-ibunya sama. Maka, sebaiknya mendo'akan pun bisa dikhususkan satu anak satu do'a khusus. Kita, orang tua, sangat tidak adil jika kelak berharap dido'akan anak-cucunya sementara kini, sebagai orang tua tidak aktif mendo;akan anak-cucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun