Untuk menjadi kenikmatan rasakan rindu itu sesuai kadar dan harus sesuai juga pada jalan yang telah diajarkan oleh agama. Karena rindu yang telah melebihi kadar bahkan keluar dari jalan yang telah diajarkan oleh agama dapat menjadi boomerang bagi pemilik rasa itu sendiri. Rindu yang menimbulkan kenikmatan itulah rindu yang disebut implikasi cinta. Maka jalanilah cinta itu dengan baik agar dapat melahirkan rindu yang terasa nikmat.
BAGAIMANA MENJADI NIKMAT?
Lalu tahukah kamu bagaimana cinta melahirkan rindu yang nikmat? Dan bagaimana caranya mengatasi rindu? Dan bagaimana kerinduan dapat menjadi sebuah kenikmatan bagi yang menikmatinya?
Kenikmatan rindu itu hanya akan terlahir dari cinta sejati, cinta sejati yang hanya memberi tanpa meminta. Memberi bukan hanya karena diminta, namun memberi karena tau apa yang sedang dia butuhkan. Tidak hanya melalui kata-kata yang menawan, namun juga lewat karya nyata berupa tindakan dan perbuatan.
Bagi mereka yang telah lama memendam rasa rindu tanpa ada sedikit obat, maka akan sedikit berat dan beratnya kerinduan itu akan sedikit tidak tertahankan. Namun kerinduan ini akan terobati dengan keterhubungan satu dengan yang lainnya. Keterhubungan itu dapat berupa sapaan, permintaan satu dengan yang lain, atau dengan sikap manja yang diimplementasikan dengan kesendirian.
Nah, dari obat rindu tadilah maka timbul kenikmatan. Bagaimana nikmatnya ketika rindu bertatap temu, bagaimana nikmatnya ketika rasa berakhir sudah. Suatu nikmat yang mampu membayar lunas akan hutang rindu yang mebludas.
Jika rindu yang lahir dari cinta dapat melahirkan kenikmatan, mengapa seseorang masih nggan merasakan cinta? Karena trauma itu menghantui, maka mereka enggan untuk kembali merasakan cinta. Meski terkadang seseorang telah terlanjur terjerat dalam gelapnya dunia trauma, namun sebenarnya mereka memiliki harapan untuk kembali mengenal cahaya cinta. Dan pada akhirnya tetap kembali terlempar pada gelapnya dunia trauma. Wallahu a'lam bi al-shawaab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H