kadang aku harus kalah
menyerah pada kebodohan
tersenyum ketika sedih
rela pergi pada pilihan kedustaan
Ditengah hujan ranai
Menerobos rintik-rintik suara ramai
Sedan tangisan tak lagi, tapi aku berdiri lunglai
Sedapat mungkin aku tegap disaat jiwa tak terlewati
Engkau memilih pada keindahan tahta dan keturunan yang memadai
Manisnya engkau disaat tersenyum dengan bibir berpoles lipstik berbalut sutra permai
Aku pandai memainkan rasa dan pola
Tanda dimulainya sandiwara
Manunggal dalam derita dan luka
Kebahagiaanmu melupakan perbedaanÂ
Antar burung bernyanyi, meski teriakan itu  kelaparan
Disini engkau kalah melihat kenyataan
Coba hinakan sejenak dalam sujud
Sambut hidup dengan kesadaran tertaut
Entah kesucian hati berada dipersimpangan jalan
Hati yang terbasuh oleh air mata  sejak dilahirkan
Engkau akan datang menyambut defacto imanÂ