Mereview Film Indonesia Calling
Â
Tahukah kamu apa itu film Indonesia Calling ?
Indonesia Calling merupakan salah satu film sejarah hasil garapan filmmaker Belanda, Joris Ivens yang diproduksi di Australia pada 1945-1946. Film berdurasi 22 menit tersebut memuat peristiwa bersejarah tentang perjuangan buruh-buruh Indonesia yang ada di Australia dalam mencegah kapal Belanda yang membawa pasukan militer dan senjata ke Indonesia untuk merebut kembali koloninya. Dengan mendapat bantuan dan dukungan buruh-buruh Australia, Cina, dan India serta beberapa negara lainnya, buruh-buruh Indonesia memboikot seluruh aktivitas kapal dan pelabuhan sehingga mereka berhasil membatalkan rencana agresi militer Belanda ke wilayah Indonesia yang membawa ribuan pasukan dan senjata saat itu.
Menurut sejarah orang-orang Indonesia tersebut adalah para buruh yang bekerja untuk perusahaan pelayaran di Australia, yang dulunya adalah tahanan politik Netherlands East Indies (NIS) di daerah Digoel. Setelah NIS menyerahkan koloninya ke Jepang pada 1942, para tahanan politik tersebut dipindahkan ke Australia. Di sana mereka mendapatkan hawa segar dalam hal aktivitas politik karena adanya jaminan kebebasan dari pemerintah Australia maupun kelompok-kelompok kebebasan sipil setempat. Tertarik dengan bakat dan komitmen politik para aktivis kiri Indonesia tersebut, Ivens -- dengan bantuan Catherine Duncan, seorang bintang radio ABC yang berbasis di Melbourne --memutuskan untuk merekrut mereka dalam memproduksi Indonesia Calling. Hasilnya, pada 6 Agustus 1946 film tersebut berhasil dirilis dan diadakan pemutaran perdananya di Newsreel Theatre Kings Cross di Sydney atas dukungan Partai Buruh yang dipimpin Perdana Menteri Australia, Ben Chifley.
Dengan tegas film ini menggambarkan bahwa gerakan kemedekaan Indonesia dalam beberapa tahun pertama sesudah 1945 ternyata bersifat transnasional, kalau tidak sepenuhnya kosmopolitan. Hal ini bertentangan sekali dengan pendakuan TNI (waktu itu ABRI) melalui rekonstruksi sejarah mereka lewat museum, buku sejarah dan film (seperti Janur Kuning, Mereka Kembali, Serangan Fajar dan banyak lagi) bahwa merekalah (nyaris) satu-satunya kekuatan yang tegak berdiri melawan agresi Belanda yang menumpang pada pasukan sekutu.
Dengan jelas pula film ini menggambarkan bahwa serikat buruh yang mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia terdiri dari berbagai kelompok serikat buruh berbagai bangsa dan tak hanya Australia. Beberapa serikat buruh pelabuhan (dan awak kapal) berkebangsaan Eropa, Cina dan India ikut serta mendukung gerakan boikot yang diserukan oleh para pekerja Indonesia di Australia saat itu. Serikat buruh kapal Australia yang mempeloporinya, memang. Film ini menyatakan bahwa bahan kampanye yang digunakan oleh pekerja Indonesia di Australia dalam membujuk berbagai serikat buruh ini adalah penindasan dari kaum majikan Belanda terhadap buruh di Indonesia. Mereka mengajukan gagasan pertentangan kelas ketimbang semata gagasan kemerdekaan bangsa. Lagi-lagi ini tentangan terhadap persepsi umum yang coba dikembangkan bahwa gerakan kiri hanya bersifat negatif belaka terhadap kemerdekaan Indonesia. Film ini menggambarkan dengan jelas bahwa mereka turut serta melakukan gerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia;
Sifat kosmopolitan Indonesia tampak menonjol juga pada gambaran gaya hidup orang Indonesia di Australia dalam film itu. Mereka mementaskan wayang orang. Dalam pementasan itu, tampak dua orang penari, keduanya lelaki tetapi salah satu memerankan tokoh perempuan. Dalam "tarian yang usianya sudah lebih dari 1.500 tahun ini" (kutipan dari narrator di film ini) digambarkan bahwa Indonesia punya tradisi kewiraan yang tinggi dengan sebuah landasan pra-modern. Namun dalam bagian lain film ini, orang-orang Indonesia tampil di sebuah panggung memainkan musik Hawaiian yang dikonotasikan sebagai musik asli Indonesia.
Â
Pemogokan yang justru menempatkan dirinya dalam posisi sulit? Elisabeth Inandiak menjelaskan bahwa pendekatan seperti itu dipakai oleh Ivens dimana-mana (sayang saya belum melihat film Ivens yang lain), terutama untuk menekankan pembelaannya terhadap orang-orang yang dianggapnya tertindas. Agak seperti kenaifan menurut saya, maka saya menyebut Ivens romantis, tapi menurut Inandiak, demikianlah posisi politik Joris Ivens yang membuatnya terus menjadi seorang eksil bagi negerinya, sampai akhirnya beberapa tahun sebelum wafatnya, Pemerintah Belanda mengakui kesalahan mereka terhadap Ivens dan meminta maaf serta merehabilitasi sepenuhnya hak Joris Ivens sebagai warga Negara. Bahkan kini ia dianggap sebagai salah satu filmmaker paling penting dalam sejarah sinema Belanda.
Apa alur film ini ?
Dilihat dari segi alurnya film ini merupakan film beralur mundur karena dalam film tersebut menceritakan kisah yang telah terjadi pada masa lalu dan dengan penggambaran khas film perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang menjadi daya tariknya tersendiri bagi penonton.
Bagaimana cerita dari film ini ?
Singkat cerita film ini menceritakan suasana kemerdekaan Indonesia yang pada saat itu telah memproklamasikan kemerdekaannya atas Jepang di Australia. Suasana kemerdekaan dirasakan oleh para buruh dan pekerja kapal orang Indonesia yang bekerja di Austalia.
Namun di balik suasana yang gembira dan bercampur haru tersebut ternyata musuh lama Belanda ingin kembali menduduki Indonesia, akan tetapi perlawanan tidak surut walaupun berada jauh dari tanah air. Perlawanan terus dilakukan oleh rakyat Indonesia walaupun berada di Australia.
Awal cerita dari film ini adalah bercerita tentang bagaimana para buruh dan pekerja kapal orang sebanyak kurang lebih 1400 orang Indonesia di Australia akan kembali ke Jawa dengan mengunakan kapal Esparance Bay yang diberi jaminan akan mendarat di Pelabuhan yang tidak dikuasai Belanda karena pada saat itu agresi militer sudah dimulai dan sebagian dari wilayah perairan di Indonesia telah dikuasai oleh Belanda. Untuk memastikan jaminan tersebut pejabat Australia mendampingi orang-orang Indonesia untuk pergi ke Jawa.
Perlu diketahui buruh-buruh dan pekerja kapal orang Indonesia yang bekerja di Australia tersebut merupakan tawanan di Indonesia pada saat agresi militer Belanda yang di asingkan di bagian timur Indonesia. Para buruh tersebut merupakan aktivis yang aktif melakukan gerakan perlawanan. Namun pada akhirnya ditawan oleh Belanda dan diasingkan. Pada saat di asingkan, para aktivis itu melarikan diri dari Papua hingga ke Australia dan bekerja di sana untuk bertahan hidup sembari menebarkan berita tentang kebengisan Belanda untuk mendoktrin orang Australia agar mendapatkan dukungan perjuangan.
Singkat cerita dalam film ini ditampilkan perwakilan persatuan buruh Australia yang memberikan pidato dan bendera merah putih sebagai simbolis dukungan perjungan Kemerdekaan Indonesia lalu mengulas balik dimana para pekerja orang Indonesia yang berada di Ausutralia melakukan sumpah untuk kesetiaan pada Republik Indonesia demi memperjuangkan Kemerdekaan. Dalam film ini juga menerangkan bahwa orang Indonesia yang berada di Austalia menampilkan budaya Indonesia dan membuat kehidupan baru dengan orang di sana.
Inti dari cerita film Indonesia Calling adalah Belanda tidak mau melihat kebahagiaan Republik Baru yaitu Indonesia yang  telah berhasil memproklamasikan Kemerdekaannya, dengan melakukan agresi militer dan semacamnya yang membuat Kemerdekaan Indonesia perlu dijaga, dipertahankan dan dituntaskan perjuangannya.
Pada film ini terlihat bahwa kapal-kapal yang diam di Pelabuhan ternyata milik dari Belanda yang nantinya akan berlayar ke Indonesia untuk kembali merebut kekayaan alam Indonesia berupa rempah-rempah, minyak bumi, karetnya dan tambangnya serta membawa pasukan untuk melakukan agresi militer.
Para buruh dan pelaut Indonesia pun tidak mau berdiam diri, mereka berkumpul, meninggalkan kapal-kapal kerja mereka dan meninggalkan semua tempat kerja untuk berkumpul menyatukan pikiran untuk menghentikan pergerakan Belanda tersebut dan menyebarkan berita untuk mendapatkan bantuan dukungan dari pekerja Australia dan buruh negara lain.
Dengan berkumpulnya para buruh dan pelaut Indonesia-Australia, mereka mendeklarasikan untuk menghintamkan kapal Belanda. Semua pekerja dan buruh pelaut melakukan aksi mogok kerja untuk perlawanan tersebut. Kapal yang awalnya di kira untuk bantuan kemanusian ternyata di dalamnya ditemukan peluru dan perlengkapan bersenjata lengkap lainnya.
Perlawanan pun dilakukan oleh para pekerja pelaut dan buruh Indonesia-Australia dengan meneriaki kapal pembawa pasukan Belanda agar kembali mundur. Dari Indonesia pun panggilan untuk melakukan perjuangan terus dilakukan agar para pekerja dan buruh Indonesia yang ada di Australia melakukan aksi perlawanan demi memukul mundur Belanda.
Akhirnya para pekerja laut, pelaut, buruh satu-persatu mulai mendukung aksi ini dengan melakukan mogok kerja sepeerti pekerja lainnya yang membuat kapal Belanda diam tidak beroperasi atau mati. Namun terdapat sebuah kapal yang ternyata di dalamnya terdapat awak kapal dari India yang bekerja untuk Belanda berhasil melakukan pelayaran menuju Indonesia. Akan tetapi, ditengah-tengah perjalanan yang  telah dilalui, pejuang Indonesia dan Australia segera memberhentikan kapal itu walaupun tidak membawa senjata dan semacamnya yang hanya bisa berteriak melontarkan suara untuk segera memutar balik kapal tersebut. Pada awalnya awak kapal India tidak menggubris perkataan tersebut. Namun, di tengah perjalanan mereka berpikir kembali bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan bagian dari perjuangannya dan akhirnya buruh dan pelaut India tersebut kembali ke dermaga Australia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI