Kisah Abdullah Ibnu Mubarak; Haji Meskipun Tidak Sampai Mekah
 Berikut ini kisah Abdullah Ibnu Mubarak yang dapat gelar haji meskipun tidak sampai Kota Mekah. Melaksanakan ibadah haji merupakan keinginan dan cita-cita semua orang yang beriman. Ibadah haji merupakan sebuah ibadah yang Allah wajibkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki hambanya.
Sebagaimana Allah berfirman:
Artinya: "mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam" (QS. Ali Imran: 97).
Dengan adanya ketentuan kemampuan yang dimiliki oleh hambanya membuat ibadah yang satu ini menjadi sangat sakral sebab tidak semua orang memiliki kemampuan tersebut seperti tidak mampu secara finansial, fisik dan lain-lain.
Untuk melaksanakan ibadah yang satu ini tidak jarang seseorang menabung selama bertahun-tahun sampai dia dikatakan sebagai seorang yang telah mampu secara finansial untuk mengerjakan ibadah haji.
Namun terdapat sebuah kisah yang sangat menarik tentang seseorang yang rela mengorbankan biaya yang telah ditabung untuk melaksanakan ibadah ini demi menolong orang-orang yang lebih membutuhkannya.
Kisah tersebut diambil dari karya Syekh Ahmad al-Qulyubi yaitu kitab an-Nawadir. Dalam kitab tersebut beliau menceritakan kisah Abdullah Ibnu Mubarak yang tengah melakukan perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji. Ketika sampai di kota Kuffah, beliau melihat pemandangan yang sangat miris dan menyedihkan.
Ketika itu Abdullah bin Mubarak melihat seorang ibu beserta anak-anaknya memakan bangkai bebek. Melihat fenomena itu lantas saja beliau melarang ibu dan anak-anaknya itu untuk makan bangkai tersebut karena itu merupakan makanan yang menjijikkan dan diharamkan oleh Allah.
Kemudian ibu itupun menjawab bahwa hal tersebut terpaksa mereka lakukan untuk mengisi perut mereka sebab selama tiga hari mereka mencari makanan kesana-kemari akan tetapi tidak menjumpai satupun makanan yang bisa mereka makan.
Mendengar jawaban itu Abdullah Ibnu Mubarak langsung tersentak hatinya dan kemudian memberikan semua perbekalan yang beliau miliki seperti tunggangan dan makanan kepada ibu dan anak-anaknya tersebut sehingga beliau tidak mempunyai perbekalan lagi untuk melanjutkan perjalanannya.