Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Revisi UU ITE: Pedasnya Disobek Atau Karet Dua?

17 Februari 2021   15:23 Diperbarui: 17 Februari 2021   15:27 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Weeesss... dasar kebiasaan warga +62. Lha wong cuma nasbung warteg aja kok pakai foto dan upload segala Min... min...," sindir Tansyah gemas.

Lumin dan segera menjawab. Setelah mematut-matut foto nasi bungkus yang diuploadnya di sosial media. Barulah dia menjawab sindiran Tansyah yang tertunda ditanggapi.

"Laaaah yo dirimu kie harus menyadari Tan. Yoiki sing disebut wong-wong pinter kae era disruption. Awake dewe alias kita iki yo harus adaptif ben ra ketinggalan zaman dan terlindas," jawab Lumin sok serius sambil mulai menjejalkan suapan nasi berdaging cincang ke mulutnya. "Kalau gak ikutan kita gak bisa eksis Tan," tambahnya dengan kata-kata yang kurang jelas karena mulut yang penuh.

"Hahahaha.. ya sudah. Sak karepmu Min. Monggo diterusken," ujar Tansyah mengalah sambil membuka nasi bungkusnya.

"Sik... sik... sik Tan," potong Lumin tiba-tiba. "Kok gak pedes ya? Ojo-ojo kliru ini nasimu Tan," cerocos Lumin mempertanyakan kebenaran petunjuk Tansyah tadi. "Ini yang berkaret dua yang super pedes tho?"

"Lha yo ora salah tho. Jelas kok petunjuk Pak Joko tadi."
"Coba aku cicipi sambelmu!" ujar Lumin sambil mencomot sambil di  nasi bungkung Tansyah tanpa meminta ijin.

"Dasar gaj duwe tatakrama kowe!" sergah Tansyah jengkel. "Piye...? Lebih pedas?"

"Waaah... punyamu lebih gak ada rasa cabenya. Luweh anyep!" ujar Lumin usai mencicipi sambel nasi bungkus Tansyah. "Waaah gak bener ini Pak Joko. Bakal aku komplain lewat twitter ini! Warteg Milen tak bisa menjaga kualitas sambelnya," lanjut Lumin gemas.

"Uwes, udah-udah. Gak sah macem-macem. Bahaya kuwi di sosial media. Bisa mencoreng nama baik warteg lumin kowe. Salah-salah awakmu iso dituntut Pak Joko mergo pencemaran nama baik mengko. Iso keno UU ITE nanti kamu!" cegah Tansyah mengingatkan.

Sesaat Lumin pun menghentikan kelincahan jempolnya yang tengah mengetik di hapenya. Sambil tersenyum Lumin pun menanggapi ucapan Tansyah.

"Tenang, aku kan bukan tokoh oposisi yang selalu mengkritik pemerintah Tan. Gak mungkin lah kena tuntunan dan dengan mudah dijerat pakai pasal-pasal UU ITE," ujar Lumin sambil menyeringai seakan-akan pendapatnya lebih kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun