Sungguh ironis jika PJJ dilaksanakan untuk mengurangi pertemuan fisik, karena mengejar wifi gratis untuk melaksanakan PJJ tersebut banyak siswa yang akhirnya bertemu dan belajar dalam keramaian kembali. Lalu apa bedanya jika mereka kembali ke sekolah konvensional saja.Â
Mungkin justru dengan kembalinya dilakukan pendidikan konvensional di sekolah, ketertiban dan pelaksanaan protokol kesehatan lebih bisa dijaga dan diawasi dibandingkan jika mereka berkumpul secara bebas demi mendapatkan wifi gratis tersebut.
Info terakhir Mas Menteri Nadiem Makarim telah memberikan ijin penggunaan dana BOS untuk pembelian pulsa atau kuota internet tersebut. Semoga saja dengan keputusan tersebut permasalahan pulsa atau kuota untuk PJJ sekarang bisa terselesaikan.Â
Walaupun tentu saja kesenjangan akan tetap terjadi. Pasalnya pemberian kuota atau pulsa dari dana BOS tersebut tentunya tidak akan sebebas dengan mereka-mereka yang secara keuangan mampu untuk membelinya sendiri.
Ketiga, kesenjangan status sosial. Seperti kita tahu, salah satu sistem absensi dan bukti kehadiran seorang peserta didik pada PJJ adalah melalui pengiriman foto, video, dan juga video konferensi. Beberapa kali para guru meminta peserta didik untuk mengirimkan foto/video anak didik ketika tengah melakukan belajar daring atau mengerjakan tugas daring. Ada foto/video yang dikirimkan ke grup belajar daring (PJJ) yang telah dibentuk baik untuk siswa maupun untuk orang tua, ada juga foto/video yang dikirim secara jalur pribadi (japri) ke guru.
Tidak ada masalah ketika foto/video tersebut dikirimkan secara japri ke guru. Namun ketika foto/video tersebut dikirimkan ke grup, maka kesenjangan status sosial akan sangat nampak.Â
Terlihat ada anak didik yang memiliki rumah bagus, suasana kamar yang bagus bahkan mewah, rumah yang luks, meja belajar yang menarik, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Tapi sebaliknya akan nampak juga anak-anak yang kamar dan meja belajarnya apa adanya, rumahnya memprihatinkan, dan hal-hal lain yang menunjukkan ketidakberuntungan status sosial mereka.
Karena itu untuk permasalahan ini diperlukan kebijakan guru agar bisa mengantisipasi terlihatnya kesenjangan yang ada dengan sistem pengiriman tugas, perkenalan, absen dan lain-lainnya secara bijak.
Keempat, kesenjangan kemampuan IT, ketersediaan waktu, pengetahuan dan dukungan orang tua. Salah satu himbauan yang dilontarkan demi mendukung suksesnya PJJ adalah peningkatan peran orang tua dalam membantu aktivitas belajar anak. Terutama untuk anak-anak sekolah dasar, peran orang tua ini sangat diperlukan.
Namun harus diakui adanya kesenjangan pada peran orang tua di atas. Diantaranya masalah kemampuan IT masing-masing orang tua. Ada orang tua yang sangat jago IT sehingga menunjang tugas-tugas anak bisa tampil bagus dan menawan. Sebaliknya tak jarang ada orang tua yang gaptek, sehingga mereka sama bingungnya dengan sang anak ketika mendapatkan tugas-tugas dari guru.
Adaptasi masalah dasar seperti pemakaian platform Google Classroom, Zoom Meeting, Google Meeting, penyimpanan file melalui google drive saja kerap menjadi beban tersendiri bagi orang tua. Belum lagi ketika harus ada tugas pembuatan video maupun foto.Â