Kedua yaitu kesenjangan ketersediaan kuota internet. Harus diakui bahwa setelah ketersediaan ponsel, kebutuhan penting selanjutnya untuk pelaksanaan PJJ adalah adanya kuota internet. Kuota mutlak diperlukan. Karena tanpa kuota koneksi tak bisa berjalan dan tentu saja PJJ tak bisa dilakukan.
Sialnya kesenjangan perihal ini sangat besar. Ada keluarga yang bisa memiliki Wifi internet yang bagus dan unlimited, belum lagi ditambah kuota internet yang dimiliki pada kartu-kartu operator yang dipakai di ponsel mereka.
Namun di sisi lain, banyak keluarga atau anak didik yang dhuafa kuota. Mereka harus berupaya keras untuk bisa membeli kuota yang diperlukan dengan hitung-hitung ekonomi yang teliti dan hati-hati.
Bahkan ada kasus kesenjangan kuota ini pun menimpa para gurunya. Pasalnya memang belum semua guru sejahtera. Beban kebutuhan kuota internet untuk PJJ pun terkadang dirasa makin memberatkan mereka. Apalagi upload pengiriman video pengajaran juga memerlukan kuota yang lebih besar daripada yang biasa mereka gunakan.
Kesenjangan masalah kepemilikan kuota internet inilah yang akhirnya memancing kepedulian beberapa pihak. Ada sebuah komunitas di masyarakat yang prihatin akan hal ini sehingga berinisiatif untuk menggalang dana dan mengkoordinir penyediaan wifi gratis untuk sekolah. Upaya itu terwujud.Â
Melalui dana gotong royong yang terkumpul akhirnya bisa dibangun wifi gratis untuk anak-anak sekolah yang ditempatkan di dekat kelurahan atau balai desa. Dengan begitu maka anak-anak sekolah yang tidak memiliki kuota bisa datang dan memanfaatkan wifi gratis yang disediakan tersebut.
Di tempat lain ada juga kepedulian personal yang tersentuh. Seorang pengusaha warung kopi (warkop) sederhana berinisiatif menyediakan wifi gratis untuk anak-anak sekolah. Tentu saja kepedulian ini menadapatkan apresiasi bagus dari anak-anak sekolah sehingga banyak anak-anak sekolah yang datang dan belajar di warung kopi tersebut.
Terkait dengan kesenjangan kuota internet ini, wakil rakyat yang ada di DPRD DKI Jakarta telah mendesak gubernur DKI Anies Baswedan untuk berinisiatif menyediakan wifi gratis.Â
Bahkan selang sehari setelah tuntutan tersebut dilontarkan, ada sebuah fraksi parpol yang menyindir sang gubernur dengan berinisiatif untuk membangun langsung pusat-pusat wifi gratis bagi masyarakat di lingkungan padat penduduk. Mereka benar-benar mewujudkan hal itu di beberapa RT di kawasan DKI Jakarta.
Lalu apakah masalah kesulitan kuota internet ini bisa terselesaikan? Dengan adanya wifi gratis ini sekilas permasalan ini seperti terselesaikan di wilayah-wilayah telah ada fasilitas wifi gratis tersebut.
Namun, jika dikaji lebih dalam justru terjadi ironi yang berlawanan dengan prinsip PJJ itu sendiri. Pasalnya PJJ dilaksanakan agar interaksi sosial antar anak didik bisa diminimalisir. Mereka tidak berkumpul dan bertemu untuk mengurangi resiko penyebaran virus corona covid-19.