Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Meneladani Cara Gusdur, Membijaki "Klepon Tidak Islami", Gitu Aja Kok Repo(s)t?

22 Juli 2020   19:03 Diperbarui: 22 Juli 2020   18:57 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Postingan awal poster iklan "Kue Klepon Tidak Islami" yang membuat gaduh - Sumber Foto: twitter.com @irenecutemom

Tiba-tiba jagad sosial media heboh. Sebuah iklan toko penjual kurma menampilkan gambar artistik kue klepon dengan headline yang kontroversial "KUE KLEPON TIDAK ISLAMI".

Untuk mepertegasnya maka headline tersebut dilengkapi dengan bodycopy "Yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara beli jajanan yang islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami."

Dhuuuaaarrrr!!! Tentu saja postingan iklan ini segera mencuri perhatian banyak pihak dan menjadi viral besar-besaran. Apa yang salah dengan kue klepon tersebut sehingga disebut tidak Islami? Sontak berbagai pertanyaan yang logis berseliweran mempertanyakan klaim iklan tersebut. 

Apakah klepon diciptakan oleh orang Yahudi? Atau bahan klepon mengandung minyak babi? Ah sepertinya semua itu mengada-ada dan tidak masuk logika.

Namun gelindingan viral postingan tersebut terus membesar. Jika diklasifikasikan maka respon yang bermunculan pun terbagi dalam dua gelombang. Gelombang respon pertama adalah dari golongan mereka yang emosional dan gampang terpengaruh pada postingan kontroversial tanpa melakukan cek & ricek kebenarannya terlebih dulu.

Respon yang mereka lontarkan tentu saja negatif bahkan provokatif. Dipicu oleh postingan ini maka mereka pun menjadikannya sebagai bahan olok-olok untuk mengejek mereka-mereka yang senang mengutamakan syariah dan segala hal yang Islami. 

Postingan klepon tidak islami ini dijadikan media untuk membuktikan ketidaknalaran mereka-mereka yang selalu mengagung-agungkan syariah dan hal-hal yang Islami.

Salah satu postingan dari golongan ini semisal cuitan Budiman Djatmiko dibawah ini:

"Jadi kalau ada tahlilan dengan pak kyai di kampung & disajikan klepon maka tahlilannya akan kurang Islami dibanding misal jemaah Gereja Koptik di Mesir atau Gereja Ortodoks di Palestina yang mengunyah kurma," cuit akun @budimandjatmiko yang tertaut di akun sosmed lain miliknya seperti Budiman Sudjatmiko (IG: budimaninovator) (@budimandjatmiko) July 21, 2020.

Adapun respon gelombang kedua yang keluar beberapa waktu kemudian muncul dari kalangan mereka yang hati-hati, sabar dan tidak mudah terprovokasi. 

Mendapatkan postingan yang aneh, provokatif dan tidak begitu mudah diterima akal sehat tersebut, mereka segera melakukan kroscek ke berbagai sektor dan sumber yang bisa dipercaya. Segera menelusuri kebenaran postingan tersebut, siapa yang memposting, benarkah klaim tersebut, siapa yang membuat dan hal-hal subtil lainnya.

Hasilnya ternyata sangat berbeda dengan postingan dan komentar yang dilontarkan oleh pemberi respon gelombang pertama. Bahkan mereka berusaha mencari sumber-sumber terkait yang disebut postingan tersebut hingga mendata kronologi munculnya postingan itu.

Menurut temuan mereka, kronologi munculnya postingan poster iklan klepon tidak islami, bukanlah benar-benar iklan yang diluncurkan oleh toko penjual kurma. Melainkan sebuah postingan yang memiliki tujuan sarkasme dengan memakai strategi false flag.

Analisis ini disimpulkan seelah kelompok ini mencoba menelusuri (tracking) nama 'abu ikhwan aziz' yang disebutkan sebagai pembuat iklan. Ternyata akun sosmed, maupun toko kurma dengan nama tersebut tidak ada dimana-mana.

Apakah itu merupakan sebuah kesengajaan? Boleh jadi benar, pasalnya setelah heboh perburuan nama 'abu ikhwan aziz' berjam-jam sejak munculnya postingan poster klepon tak islami tersebu, barulah pada sore harinya muncul akun 'abu ikhwan aziz' yang boleh jadi baru dibuat.

Pembuatan akun 'abu ikhwan aziz' tersebut bisa jadi merupakan strategi dari pembuat postingan klepon tak islami untuk membuat seolah-olah iklan tersebut benar ada pembuatnya, atau bisa juga dilakukan oleh para pemburu pansos yang memanfaatkan momen untuk membuat akun sosmed yang segera populis dan dilihat banyak warganet secara cepat.

Secara logika sederhana dan mudah dipahami, sepertinya analisis kelompok ini cukup bisa dierima akal sehat. Pasalnya kalau memang benar iklan tersebut bukan iklan palsu, tentunya 'abu ikhwan aziz' si penjual kurma aau mungkin tokonya eksis dan mudah untuk ditemukan.

Namun ternyata hal itu nihil. Jadi apa pun tujuannya iklan tersebut tentunya merupakan iklan palsu yang memiliki tujuan tertentu yang mungkin disembunyikan oleh pengunggahnya. Bisa jadi diunggah secara personal atau memang disiapkan secara komunal. 

Bisa jadi sekedar lelucon, prank, guyonan, pancingan (teaser), social experiment, pansos, mencari sensasi atau bisa juga benar-benar sebuah false flag yang bertujuan mengolok-olok umat islam dan memecah belah kerukunan bangsa.

Gitu Aja Kok Repo(s)t  

Heboh kasus "klepon tak islami" yang memanas sekarang ini tentunya kembali mengingatkan kepada kita betapa bahayanya sosial media itu. Tak terbantahkan lagi apa yang dikatakan Jay Baer, "Content is fire, social media is gasoline". Dan kebodohan kita sendirilah yang membuat api dan bahan bakar itu bersentuhan. 

Budaya tak mau ketinggalan, tak mau keduluan, ingin diperhatikan, gumunan (gampang heran), ingin jadi pusat perhatian, dan banyak sifat-sifat egois atau individual lainnya yang membuat wajah sosial media menjadi bopeng-bopeng dan menyeramkan.

Di luar mentalitas negaif di atas, memang ada kenyataan bahwa sosial media juga kerap dijadikan medan perang dan adu kepentingan dari berbagai pihak yang berseberangan. Karena itu, kedewasaan kita sebagai warga negara sosmed (warganet) sangat diperlukan. 

Jika warganetnya dewasa, sabar, bijak, pintar, jeli dan tak mudah terprovokasi maka semua upaya untuk menjadikan sosmed sebagai ajang adu domba, menjatuhkan, dan menyerang orang atau golongan lain akan sia-sia belaka.

Mungkin salah satu kiat tepat untuk melawan upaya-upaya negatif melalui sosial media adalah dengan meneladani apa yang pernah diungkapkan almarhum Gusdur yang sangat fenomenal. Yaitu cukup dengan berpegang pada ucapan Gusdur yang sangat epik dan terkenal, "Gitu aja kok repot". 

Hanya saja tanpa mengurangi rasa hormat kepada Bapak Bangsa yang sangat kita hormati tersebut, terpaksa untuk obat keburukan di dunia sosial media, ungkapan beliau kita ubah sedikit menjadi, "Gitu aja kok repost".

Toh arti baiknya tidaklah begitu jauh berbeda. Jika 'gitu aja kok repot' artinya jangan mudah heboh, bingung, pusing, sibuk, dan terpengaruh masalah-masalah kecil yang ada, maka "gitu aja kok repost" bisa berarti jangan mudah menyebarkan sesuatu, jangan mudah kagum, jangan mudah percaya dan intinya jangan mudah memposting segala sesuatu yang sebenarnya remeh temeh melalui berbagai macam platform sosial media.

Niscaya dengan resep atau senjata "gitu aja kok repost" ini maka kita akan terhindar dari berbagai macam jebakan batman yang dilemparkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab atau orang yang berniat buruk melalui sosial media. Semoga Tuhan selalu melindungi negeri ini dan kita semua. Tabik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun