Tergelitik oleh memanasnya pembahasan di sosial media yang terkait dengan berbagai permasalahan yang digoreng oleh pegiat medsos Denny Siregar, tiba-tiba saya tersentil oleh ucapan Ivan Lanin mengenai kemampuan kita dalam berbahasa.
"Kepintaran tenggelam tanpa kepintaran berbahasa. Kedunguan gemerlap berkat kepiawaian berbahasa. Kuasai bahasa, kuasai dunia."
Inikah yang terjadi pada dunia sosial media saat ini? Khususnya pada dunia platform twitter yang notabene mengeksplorasi kemampuan berbahasa para penggunanya?
Namun meskipun Ivan Lanin juga merupakan pegiat sosial media yang memiliki spesialisasi masalah bahasa, kupikir hal ini tidak berlaku pada dunia sosmed semata.
Seperti halnya dunia internasional yang nyata mengenal Soekarno, Kennedy, Churchil, Obama dan banyak lainnya, memang karena kemampuan berbahasa mereka. Termasuk tokoh-tokoh aktual seperti Donald Trump, Jokowi, Anies Baswedan maupun Ahok.
Kemampuan berbahasa yang mereka miliki bisa menghipnotis khalayak, namun bisa juga justru menjadi bumerang yang bisa berbalik menyerang bahkan menjatuhkan mereka sendiri.
Karena bukti-bukti kekuatan bahasa inilah saya selalu penasaran untuk selalu bisa belajar mendalami bahasa dengan baik. Sehingga saya begitu penasaran ketika Ivan Lanin dikabarkan akan segera meluncurkan buku barunya yang bertajuk "Recehan Bahasa" Baku, Tak Mesti Kaku.
Siapa Ivan?
bahasa Indonesia yang baku dan banyak memperkenalkan padanan-padanan bahasa Indonesia dari istilah asing yang tengah aktual di masyarakat.Sedangkan profesi asli Ivan sendiri sebenarnya adalah konsultan manajemen dan pemrogram komputer. Ia dikenal sangat mencintai bahasa Indonesia sehingga pernah menjadi wikipediawan dan dipercaya untuk menjadi editor Google bahasa Indonesia.
Ivan Lanin yang juga akrab dipanggil Uda Ivan ini bernama lengkap Ivan Razela Lanin. Benar, ia merupakan seorang pegiat sosial media yang getol mengkampanyekan penggunaanIvan yang dari sisi pendidikan merupakan jebolan Teknik Kimia ITB, yang kemudian melanjutkan pendidikannya di Magister Teknologi Informasi UI tersebut juga dikenal sebagai pendukung Creative Commons.
Karena perhatiannya pada bahasa Indonesia, Ivan bergabung dengan Milis Bahtera anggotanya merupakan para pemerhati bahasa Indonesia, terutama para penerjemah.
Bertujuan untuk membantu menyebarluaskan pengetahuan tentang bahasa, Ivan juga telah mengembangkan "Kateglo" yang merupakan akronim dari tiga kata: "kamus", "tesaurus", dan "glosarium". Â Ivan juga mendirikan LinguaBahasa dan Narabahasa--lembaga yang memberikan pelatihan keterampilan berbahasa Indonesia untuk berbagai kalangan dan profesi, serta bergabung dengan perangkai kata Kapitulis.
Dedikasi Ivan terhadap bahasa Indonesia ini telah membawanya berhasil meraih Bintang Kehormatan Wikipedia, 2010. Selain itu juga banyak terlibat dengan Badan Bahasa semisal dalam Sidang Komisi Istilah sejak 2014, serta mendapatkan anugerah penghargaan Pembina Bahasa Indonesia 2016 sebagai Peneroka Bahasa Indonesia Daring dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Atas kiprah Ivan yang mampu mengungkit keterampilan menulis narablog Kompasiana, dirinya juga pernah menerima penghargaan Kusala Pencapaian Hidup (Lifetime Achievement Award) pada #Kompasianival 2019.
Apa Itu Recehan Bahasa?
Dari bocoran yang didapatkan penulis dari situs penerbit buku ini, Qanita, buku "Recehan Bahasa" adalah buku terbaru yang ditulis Ivan Lanin dengan tujuan untuk mengubah anggapan publik bahwa menggunakan bahasa Indonesia yang baku tidak akan membuat seseorang terlihat kaku.
Melalui buku ini, Ivan membagikan kiat untuk melenturkan bahasa baku agar tidak terasa kaku tersebut. Diantaranya yaitu dengan memperkaya variasi diksi, meluweskan struktur kalimat, menyisipkan kata seru untuk informal, memakai emotikon untuk informal dan memainkan intonasi dalam bahasa lisan.
Dalam buku ini Ivan juga mengantisipasi perkembangan bahasa terhadap pengetahuan-pengetahuan aktual dengan memberikan teknik penciptaan istilah baru dan proses pembentukan istilah.
Terkait hal ini Ivan membahas juga mengenai proses pemadanan kata yang memunculkan dua teknik umum, yaitu penyerapan (kata serapan) dan penerjemahan (terjemahan).
Teknik penyerapan dilakukan saat ejaan atau pelafalan istilah sumber cukup sesuai dengan bahasa kita, adapun teknik penerjemahan dilakukan saat penyerapan tidak bisa dilakukan.
Sebagai contoh Ivan memberikan padanan istilah-istilah populer terkait pandemi Covid-19 yang merebak sejak akhir 2019 hingga 2020 sekarang. Melalui buku ini, Ivan Lanin menjelaskan perbedaan arti istilah yang biasa digunakan masyarakat untuk mencegah penyebaran virus, misalnya isolasi, karantina, lockdown, social distancing, dan work from home.
Berbekal pengetahuan bahasa yang dipaparkan dalam buku ini, maka pembaca akan menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan kata-kata dalam bahasa Indonesia dan mempraktikkannya pada kehidupan sehari-hari, seperti dalam percakapan atau membuat takarir (caption) media sosial.
Melalui berbagai hal yang dituliskan dalam buku ini Ivan berharap bahasa Indonesia baku tak lagi diremehkan oleh penuturnya sendiri. Apalagi topik-topik bahasa yang dipaparkan dalam buku ini dikemas dengan gaul, menarik, ringan, enak dibaca, jenaka dan ceria karena penuh warna.
Sebenarnya jika ditilik dari teori ilmu-ilmu yang dipakai Ivan dalam menganalisa kata-kata yang diungkapkan di dalamnya, buku ini bisa dibilang sebagai buku yang serius. Pasalnya buku ini mengetengahkan serpihan-serpihan pengetahuan bahasa yang didapatkan Ivan dari ilmu linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatika dan wacana yang biasa dipelajari dalam kuliah-kuliah bahasa. Namun semua itu disajikan Ivan dalam bentuk recehan-recehan yang kecil dan mudah dibagi-bagikan.
Ilmu linguistik disajikan Ivan dalam bentuk yang paling sederhana sehingga beresiko disebut para ahli tatabahasa sebagai bahasan yang ugahari. Namun melalui kesederhanaan itulah Ivan berharap pembaca dapat mengunyahnya dengan empuk dan nyaman sehingga menumbuhkan cinta di hatinya terhadap bahasa Indonesia. Alhasil buku ini bisa menjadi semacam trivia bahasa Indonesia yang tepat jika disebut sebagai recehan bahasa.
Sebagai bukti apakah "Recehan Bahasa" mampu dikemas semenarik bahasan di atas? Mungkin tak ada salahnya kita kaji beberapa bocoran isi buku tersebut dalam tulisan ini.
Misalnya bagaimana Ivan memaparkan asal kata istilah gaul "segede Gaban". Dilengkapi ilustrasi sketsa robot Gaban yang besar, Ivan memaparkan bahwa istilah "segede Gaban" yang artinya besar sekali itu konon terinspirasi dari patung raksasa Gavan (Gaban) yang pernah ada di wahana Dunia Fantasi Taman Impian Jaya Ancol pada dasawarsa 1990-an.
Cara pemaparan yang menarik dan terkesan recehan juga diketengahkan Ivan ketika membahas hoax mengenai asal-usul kata Perkedel. Melalui ilustrasi yang jenaka Ivan mulanya mengetengahkan hoax asal kata perkedel sebagai singkatan dari "persatuan kentang dan telor'. Kemudian barulah selanjutnya Ivan mengungkapkan bahwa data yang benar tentang kata perkedel yang merupakan kata serapan dari kata dari bahasa Belanda "frikandel".
Fenomena hoax yang menyebut perkedel sebagai akronim  tersebut dijelaskan Ivan sebagai contoh fenomena gejala bahasa yang disebut keratabasa yaitu mengartikan kata yang sudah ada sebagai singkatan atau akronim atau yang dalam bahasa Inggris disebut backronym. Melalui penjelasan yang bersifat recehan itulah maka apa yang diungkapkan Ivan menjadi mudah dipahami, dimengerti dan bisa selalu diingat pembacanya.
Tak heran jika Dewi Lestari atau yang lebih dikenal dengan Dee menyatakan buku ini mengetengahkan kombinasi yang juara. Meskipun sebenarnya mengangkat topik yang sarat bobot, namun dikemas dengan konsep grafis, tata letak dan kekayaan ilustrasi yang nyaman untuk dibaca dan dimengerti.
Senada dengan Dee, Ika Natassa yang juga seorang penulis turut menyebut buku Recehan Bahasa ini sebagai buku yang padat tapi ringan. Lugas, ciamik namun kadang jenaka dalam kepiawaiannya mengasah keterampilan berbahasa para pembacanya.
Anda penasaran untuk mengetahui kesemua isi recehan-recehan bahasa yang diselipkan Ivan Lanin di dalam kantong tulisan buku ini, segera saja kita transferkan uang kita sesuai harga jual buku ini, agar mendapatkan peengembalian recehan bahasa yang memperkaya kepiawaian berbahasa kita. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H