Ilmu linguistik disajikan Ivan dalam bentuk yang paling sederhana sehingga beresiko disebut para ahli tatabahasa sebagai bahasan yang ugahari. Namun melalui kesederhanaan itulah Ivan berharap pembaca dapat mengunyahnya dengan empuk dan nyaman sehingga menumbuhkan cinta di hatinya terhadap bahasa Indonesia. Alhasil buku ini bisa menjadi semacam trivia bahasa Indonesia yang tepat jika disebut sebagai recehan bahasa.
Sebagai bukti apakah "Recehan Bahasa" mampu dikemas semenarik bahasan di atas? Mungkin tak ada salahnya kita kaji beberapa bocoran isi buku tersebut dalam tulisan ini.
Cara pemaparan yang menarik dan terkesan recehan juga diketengahkan Ivan ketika membahas hoax mengenai asal-usul kata Perkedel. Melalui ilustrasi yang jenaka Ivan mulanya mengetengahkan hoax asal kata perkedel sebagai singkatan dari "persatuan kentang dan telor'. Kemudian barulah selanjutnya Ivan mengungkapkan bahwa data yang benar tentang kata perkedel yang merupakan kata serapan dari kata dari bahasa Belanda "frikandel".
Tak heran jika Dewi Lestari atau yang lebih dikenal dengan Dee menyatakan buku ini mengetengahkan kombinasi yang juara. Meskipun sebenarnya mengangkat topik yang sarat bobot, namun dikemas dengan konsep grafis, tata letak dan kekayaan ilustrasi yang nyaman untuk dibaca dan dimengerti.
Senada dengan Dee, Ika Natassa yang juga seorang penulis turut menyebut buku Recehan Bahasa ini sebagai buku yang padat tapi ringan. Lugas, ciamik namun kadang jenaka dalam kepiawaiannya mengasah keterampilan berbahasa para pembacanya.