Salah satu hal positif yang paling menonjol sebagai dampak dari pandemi Covid-19 adalah kedekatan dan kehangatan dalam keluarga yang semakin mesra dan harmonis.
Adanya peraturan #stayathome, #workfromhome, schoolfromhome dan lain-lainnya telah membuat kemesraan hubungan keluarga yang sebelumnya terkendala kesibukan masing-masing di luar rumah, sekarang menjadi berbeda. Karena semua anggota keluarga dipaksa tinggal di rumah membuat hubungan yang sebelumnya renggang menjadi erat dan hangat kembali.Apalagi hubungan suami istri.
Tentu saja bagai pasangan suami istri banyaknya waktu bersama akan membuat interaksi antar keduanya semakin erat dan mesra. Peluang terjadinya hubungan suami istri yang lebih berkualitas pun semakin intensif dan eksklusif. Apalagi bagi pasangan-pasangan muda yang baru mempunyai sedikit anak atau malah belum memiliki keturunan.
Ditambah lagi adanya opini atau wacana ilmiah bahwa hubungan seksual terutama yang mencapai orgasme akan mampu meningkatkan kekebalan tubuh atau imunitas yang dimiliki terhadap ancaman infeksi virus corona selain asupan suplemen vitamin, olahraga dan berjemur.
Sebenarnya tak ada hal-hal buruk yang perlu dikhawatirkan terkait semakin intensifnya hubungan seksual antara suami istri tersebut. Apalagi karena kewajiban #dirumahaja tersebut, mayoritas hubungan seksual yang terjadi merupakan hubungan antara pasangan yang sah.
Bukan perselingkuhan, prostitusi dan hubungan seks ilegal lainnya. Satu-satunya dampak yang dipastikan bisa terjadi karena meningkatkan hubungan seksual suami istri di masa pandemi ini hanyalah melonjaknya angka kehamilan yang tak bisa dihindari.
Asumsi ini juga diperkuat dengan adanyaa kenyataan bahwa banyak pabrik kontrasepsi seperti kondom misalnya, yang terpaksa harus berhenti produksi karena adanya lockdown aau karantina yang ditetapkan.
Seperti dilansir abc.net.au (28/5),Badan koordinasi keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa pengguna layanan kontrasepsi keluarga berencana (KB) yang mereka berikan sudah berkurang hingga 10% sejak awal pandemi.
"Data kami menunjukkan ada penurunan 10 persen pengguna kontrasepsi sejak Maret hingga April. Itu berarti 2 hinga 3 juta orang," jelas Kepala BKKBN Hasto Wardoyo seperti dikutip abc,net.au (28/5).
Maka jika diotak-atik secara nalar berdasarkan data di atas, maka jika ada sekitar 15% saja dari mereka yang berhenti menggunakan kontrasepsi KB tersebut mengalami kehamilan, maka dihitung-hitung akan ada sekitar 300 ribu hingga 450 ribu kehamilan yang semestinya tidak direncanakan.
Adapun rata-rata penyebab penurunan penggunaan kontrasepsi KB tersebut adalah karena mereka takut keluar rumah untuk membelinya, takut ke klinik karena dianggap rawan terinfeksi virus corona, sera karena ketiadaan stock alat kontrasepsi di toko obat, apotik dan lainnya serta banyaknya klinik atau fasilitas kesehatan yang tutup karena fokus kepada penanganan Covid-19.
#PositifkanIstri #KembalikanPopulasi
Lalu kenapa ledakan kelahiran ini harus diantisipasi? Ternyata ada kalangan yang menganggap ledakan kehamilan justru diperlukan sebagai serangan balik atas banyaknya korban yang meninggal akibat terinfeksi virus corona. Mengetengahkan slogan "mati satu tumbuh seribu" golongan ini justru melakukan kampanye yang berkebalikan dengan BKKBN.
Melalui hestek #PositifkanIstri #kembalikan populasi mereka justru menganjurkan agar membalas ratusan kematian akibat corona dengan ribuan kelahiran bayi-bayi baru. Â
Gerakan ini sempat dikampanyekan dan disosialisasikan secara masif dan intensi melalui sosial media. Untungnya, mungkin karena kurang pas dengan karakter mayoritas pengguna sosial media yang berwawasan modern, gaul, kekinian dan milenial, maka kampanye gerakan ini kurang mendapatkan respon positif di kalangan warganet.
Mungkin saja jika para penggagas gerakan ini tidak malu-malu dan berani lebih blak-blakan melakukan kampanye konvensional di kalangan masyarakat rural, akar rumput, dan masyarakat pinggiran, mungkin saja mereka bisa mendapatkan dukungan yang lebih signifikan.
Hamil Rawan Terserang Corona
Padahal yang menjadi kekhawatiran atas meledaknya junmlah kehamilan di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini bukanlah hanya ledakan demografi penduduk indonesia semata. Melainkan adanya temuan data bahwa wanita yang hamil akan melemah daya tahannya sehingga sangat rawan terinfeksi oleh virus corona.
Salah satu kasus yang paling aktual adalah kisah dramatis meninggalkan perawat Ari Puspita Sari dari RS Royal Surabaya Jawa Timur karena terinfeksi virus corona. Dari sisi usia suster Ari yang masih sangat muda tentunya bukanlah golongan yang beresiko tinggi terinfeksi virus corona.Â
Suster Ari juga tidak memiliki riwayat penyakit-penyakit bawaan yang berpotensi membuatnya termasuk dalam golongan yang rawan terinfeksi covid-19.
Ternyata salah satu alasan kuat kenapa suster Ari bisa terjangkit virus Corona adalah karena dia tengah hamil 4 bulan. Kehamilan itulah yang disinyalir telah membuat kekebalan tubuh suster Ani melemah sehingga bisa terinfeksi virus corona yang akhirnya secara pilu menyebabkan kematian dirinya dan sekaligus janin yang dikandungnya.
Tentu saja kerepotan akibat kehamilah di masa pandemi tersebut bukan hanya karena melemahnya daya kekebalan tubuh sang ibu semata. Harus disadari bahwa kehamilan adalah kondisi pada perempuan yang membutuhkan perhatian dan perawatan yang lebih dari biasanya.
Harus mengkonsumsi vitamin dan suplemen mineral tertentu, harus kontrol ke dokter kandungan atau bidan secara rutin, harus menyempatkan diri olahraga yang sesuai dan banyak lainnya. Karena itu kehamilan dan melahirkan di masa pandemi akan sangat merepotkan dan beresiko tinggi untuk tertular Covid-19.
Karena itu, terkait dengan bahaya tersebutlah maka BKKBN di daerah-daerah mulai bergerak untuk mengkampanyekan gerakan tunda kehamilan semasa. Secara konvensional memakai mobil patroli BKKBN yang berpengeras suara, mereka menyusuri jalanan-jalanan kampung dan mengkampanyekan gerakan tunda kehamilan bagi kaum perempuan di masa pandemi sekarang.
Seperti halnya yang dilakukan oleh salah satu tim kampanye BKKBN yang ada di daerah Semarang Jawa Tengah ini. Melalui megafon yang ada di mobil patroli, petugas BKKBN memberikan himbauan dan pengarahan tentang bahaya kehamilan di masa pandemi sekarang.
"Ingat, jika Anda hamil pada usia muda, sistem kekebalan tubuh Anda bisa turun, wanita bisa mengalami morning sickness, mual-mual dan muntah-muntah dan menjadi lebih mungkin untuk terinfeksi COVID-19," ujar staf BKKBN tersebut dengan lantang.
"Bapak ibu bisa berhubungan seks, kawin boleh, nikah boleh, hamil jangan. Bapak-bapak harus bisa tahan dulu ya," lanjutnya menghimbau.
Akankah masyarakat bisa mengerti, memahami dan mentaati isi dari himbauan ini? Sementara itu himbauan bahkan kebijakan pemerintah lainnya yang lebih jelas dan tegas saja seperti #dirumahsaja #jagajarakfisik #selalupakaimasker #janganbepergian dan #hindarikeramaian banyak dilanggar dan diabaikan. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H