Setelah beberapa waktu lalu siswa-siswa SMU/SMK mendaapatkan lulus jalur corona, kini giliran umat muslim terpaksa merayakan Lebaran Jalur Corona atau Idul Fitri dalam Pandemi.Masih naiknya peningkatan korban yang positif terinfeksi virus corona, menjadikan lebaran kali ini harus dirayakan dengan berbagai penyesuaian tradisi dibanding kebiasaan pada lebaran-lebaran sebelumnya.Namun benar kata pepatah, selalu ada hikmah dari tiap masalah yang terjadi menimpa kita. Tanpa kita sadari, lebaran yang berbeda kali ini, justru akan membuat kesan-kesan berbeda yang boleh jadi akan dikenang banyak orang di masa-masa mendatang dan menjadi catatan penting bagi sejarah manusia.
Setidaknya jika kita uraikan satu persatu, kira-kira inilah 5 alasan yang membuat lebaran jalur corona akan sangat berkesan.
Pertama, lebaran Idul Fitri 1441 inilah yang pantas dicatat sebagai lebaran pertama dalam sejarah dimana jamaah sholat dan khutbah Idul Fitri lebih banyak didirikan di rumah-rumah daripada di masjid atau lapangan.
Pada lebaran kali inilah lebih banyak kaum lelaki yang mendapatkan kesempatan menjadi imam sholat Idul Fitri dibandingkan lebaran-lebaran yang telah ada sebelumnya.
Kedua, lebaran Idul Fitri kali ini adalah lebaran pertama dimana lebih banyak orang-orang yang menutup pintu rumahnya dan menolak tamu yang ingin bersilaturahmi.
Sehingga berkebalikan dari lebaran tahun-tahun sebelumnya dimana orang-orang belomba-lomba menggelar open house, pada lebaran Idul Fitri kali ini orang-orang malah melakukan gerakan tutup pintu dan justru merasa tidak nyaman pada mereka yang memaksa bertamu untuk bersilaturahmi.
Akibat dari hal ini sampai-sampai muncul tren "salaman online" untuk menggantikan tradisi saling maaf dan memaafkan dengan saling bersalaman.Â
Baca Juga: Bangkitnya Trend "Salaman Online" Kala Pandemi COVID-19
Ketiga, lebaran Idul Fitri kali ini adalah lebaran pertama dimana kemacetan arus mudik tidak terjadi. Bukan karena telah mampu tertangani tetapi karena jalanan jalur mudik sepi.
Larangan mudik dan kampanye besar-besaran himbauan jangan mudik cukup berhasil membuat arus mudik lebaran Idul Fitri 1441 berlangsung sepi.
Lucunya meskipun jalur mudik sepi, kampung-kampung tetap sepi, kota-kota besar tujuan urbanisasi juga sepi. Dimana orang-orang pada lebaran Idul Fitri kali ini? Ternyata sebagian besar ikhlas menjalani lebaran di rumah saja.
Yang nampak ramai adalah lalu lintas operator telekomunikasi, karena sesuai himbauan presiden Jokowi dan tuntutan perkembangan zaman masyarakat mau melakukan mudik dan silaturahmi secara digital melalui bantuan berbagai macam platform sosial media yang bisa dimanfaatkan.
Keempat, lebaran corona kali ini boleh jadi merupakan lebaran tersepi sepanjang sejarah yang telah ada selama ini. Dimana pada malam lebaran kali ini tidak ada takbiran keliling, parade bedug, parade obor, pesta kembang api dan petasan.
Pada malam lebaran kali ini, takbiran hanya dilakukan oleh muadzin atau marbot dari masjid-masjid melalui toa atau pengeras suara yang mereka miliki.
Kelima, hanya dalam lebaran corona kali ini, banyak tradisi-tradisi warisan nenek moyang yang selama ini terus dilakukan dan dijalankan secara lintas generasi, kali ini terpaksa berhenti untuk dilakukan kembali.
Protokol kesehatan pencegahan dan penanggulangan yang telah ditetapkan pemerintah seperti di rumah saja (stay at home), jaga jarak fisik (physical distancing), keharusan kenakan masker, dan hindari kerumunan telah membuat banyak tradisi jelang lebaran dan hari lebaran tak bisa dilakukan. Sebut saja diantaranya tradisi nyekar di makam, padusan, Â sadranan, ro'an, megengan, sungkeman dan banyak lainnya tak bisa dilakukan.
Itulah kira-kira lima alasan yang bisa saya simpulkan yang akan membuat Idul Fitri di tengah pandemi atau lebaran jalur corona kali ini akan mampu menjadi lebaran paling berkesan dalam sejarah manusia.
Memang, sekarang ini kenyataan tersebut terasa pahit, Â berat, dan menyakitkan untuk dirasakan. Namun seperti kata pepatah bahwa apa yang saat ini pahit dan menyakitkan untuk dirasakan, seiring berjalannya waktu akan menjadi kenangan manis dan paling berkesan untuk dijadikan pelajaran di masa depan. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H