Yang nampak ramai adalah lalu lintas operator telekomunikasi, karena sesuai himbauan presiden Jokowi dan tuntutan perkembangan zaman masyarakat mau melakukan mudik dan silaturahmi secara digital melalui bantuan berbagai macam platform sosial media yang bisa dimanfaatkan.
Keempat, lebaran corona kali ini boleh jadi merupakan lebaran tersepi sepanjang sejarah yang telah ada selama ini. Dimana pada malam lebaran kali ini tidak ada takbiran keliling, parade bedug, parade obor, pesta kembang api dan petasan.
Pada malam lebaran kali ini, takbiran hanya dilakukan oleh muadzin atau marbot dari masjid-masjid melalui toa atau pengeras suara yang mereka miliki.
Kelima, hanya dalam lebaran corona kali ini, banyak tradisi-tradisi warisan nenek moyang yang selama ini terus dilakukan dan dijalankan secara lintas generasi, kali ini terpaksa berhenti untuk dilakukan kembali.
Protokol kesehatan pencegahan dan penanggulangan yang telah ditetapkan pemerintah seperti di rumah saja (stay at home), jaga jarak fisik (physical distancing), keharusan kenakan masker, dan hindari kerumunan telah membuat banyak tradisi jelang lebaran dan hari lebaran tak bisa dilakukan. Sebut saja diantaranya tradisi nyekar di makam, padusan, Â sadranan, ro'an, megengan, sungkeman dan banyak lainnya tak bisa dilakukan.
Itulah kira-kira lima alasan yang bisa saya simpulkan yang akan membuat Idul Fitri di tengah pandemi atau lebaran jalur corona kali ini akan mampu menjadi lebaran paling berkesan dalam sejarah manusia.
Memang, sekarang ini kenyataan tersebut terasa pahit, Â berat, dan menyakitkan untuk dirasakan. Namun seperti kata pepatah bahwa apa yang saat ini pahit dan menyakitkan untuk dirasakan, seiring berjalannya waktu akan menjadi kenangan manis dan paling berkesan untuk dijadikan pelajaran di masa depan. Tabik.