Namun meskipun sumbernya dari berbagai orang yang diambl secara random, ternyata hasilnya dari sisi aransemen musik, penyetaraan vokal dari orang yang beragam, mixing dan aransemen keseluruhan yang dilakukan, video musik garapan Eka ini sangat layak dan bahkan enak untuk didengarkan. Sangat berbeda jauh dengan ILM "Nggak Musik Asyik" versi para menteri dan Kada yang berantakan dan ambyar.
Apalagi jika dibandingkan dengan video-video kampanye #JanganMudikDulu versi simpatisan seperti karya Didi Kempot, Band Radja, dan lain-lainnya, bahkan versi Mbah Minto yang mampu mencuri perhatian banyak warga masyarakat dari berbagai kalangan.
Kegagalan ini seharusnya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah untuk memberikan standar kualitas yang layak bagi kualitas kerja yang terkait dengan lembaga pemerintahan. Seharusnya dengan bekerja sama dengan para profesional pemerintah malah bisa membuka lapangan kerja di banyak orang kehilangan pekerjaan karena PHK.
Malah jika pemerintah sigap, melihat banyaknya waktu yang dimiliki saat dimulainya serangan wabah corona hingga datangnya masa-masa mudik lebaran 2020 kemarin, bisa saja pihak pemerintah menjadikannya sebagai lomba yang bisa memberikan peluang aktivitas positif, produktif dan kreatif bagi masyarakat di tengah keharusan untuk berhenti kerja atau bekerja dari rumah yang harus mereka lakukan.
Sekarang apa boleh buat, beras sudah menjadi ketupat. Lebaran benar-benar sudah dekat. Janganlah salahkan masyarakat jika himbauan para bapak dan ibu menteri, serta bapak dan ibu kepala daerah dalam kolaborasi nyanyian "Nggak Mudik Asyik" cuma sekedar numpang lewat tanpa ada pesan yang bisa melekat di hati dan pikiran mereka.
Setidaknya meski tak ada kesadaran yang didapat dari video himbauan para menteri dan kepala daerah di atas, masyarakat sudah cukup mendapatkan penyadaran yang menyenangkan dari video musik "Jangan Mudik Dulu" karya terakhir Didi Kempot, serta karya-karya kreatif kalangan non pemerintah lainnya, termasuk pesan Mbah Minto yang benar-benar menancap kuat di hati kita semua. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H