Tiba-tiba banyak warganet mengatakan hal-hal baik, tapi dibelakangnya ditutup dengan kalimat," tapi bo ong!" Tiba-tiba banyak warganet mengatakan hal-haal buruk, tapi lagi-lagi di belakangnya ditutup dengan kalimat "tapi bo ong!"
Pernyatan-pernyataan yang dilontarkan menjadi hilang jaminan makna. Cukup diberikan kata "tapi bo ong!" mendadak semua artinya jadi berbeda. Baik atau buruk jadi tidak bisa dipegang ekornya. Cukup tambahkan "tapi bo ong!" maka berubah sudah artinya.
Boleh jadi ungkapan "tapi bo ong" ini merupakan alarm moralitas bagi generasi milenial, generasi Z atau yang biasa disebu sebagai generasi rebahan. Apa artinya revolusi moral yang beberapa waktu awal pemerintahan Presiden jokowi sempat digaungkan?
Kalimat "tapi bo ong" bisa menjadi virus bagi generasi rebahan dalam memegang komitmen dan menepati janji. Kemuliaan kata-kata janji, kemuliaan pernyataan jujur, tiba-tiba bisa diporakporandakan dengan kalimat "tapi bo ong" ini.
Awalnya mungkin hanya menjadi bahan candaan dan lucu-lucuan. Namun jika dibiarkan maka kalimat "tapi bo ong" ini merupakan konsep inti dari prank itu sendiri. Jadi sudah seharusnya kita mengkampanyekan untuk tidak menggunakan kata candaan "tapi bo ong" ini. Dengan begitu apa yang dilakukan Ferdian tidak lagi dianggap sensasi yang layak diikuti oleh konten kreator lain lagi.
Daripada mengunggah postingan-postingan yang membuat Ferdian dan virus-virus perusak bawaannya trending kembali, mungkin kita bisa mengalihkan perhatian pada perwira polisi ganteng yang berhasil menangkap Ferdian.Â
Siapa tahu kegantengan pak polisi ini, bisa menjadi penawar virus perusak moral generasi rebahan yang disebarkan oleh Ferdian. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H